Siap-siap, 25-27 April Ada FGD yang Nggak Bakal Bikin Bete

JAKARTA – Wisata Budaya menjadi salah satu concern Menpar Arief Yahya untuk mendapatkan wisman dan wisnus lebih fantastik. Setelah Presiden Jokowi menetapkan “10 Bali Baru”, pemenang terbaik Asia Destination Marketing (Organisasi Pariwisata Nasional) 2016 versi Travel Weekly Asia itu memperdalam kajian yang berfokus pada Pedoman Pemantauan dan Evaluasi 10 Destinasi Prioritas.
Agar di 10 Top Destinasi Prioritas itu keluar, atraksi budayanya. Yang berkelas dunia, dan bisa menjadi magnit yang kuat bagi destinasi yang sedang dalam proses membangun itu.
Yang terbaru, digelar FGD Penyusunan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program 10 Destinasi Prioritas Bidang Promosi Wisata Budaya. Agendanya siap digelar di Hotel Akmani, 25-27 April 2017.
Bukan rahasia lagi, 10 destinasi prioritas semakin memiliki masa depan menjanjikan. Karenanya, segala hal yang terkait pendataan, pendalaman, dan perumusan langkah besar apa saja untuk percepatan pembangunan
kawasan tersebut harus digarap serius. Begitu juga dengan Pedoman Pemantauan dan Evaluasinya.
“Selama ini belum ada Pedoman Pemantauan dan Evaluasi 10 Destinasi Prioritas. Itu sebabnya FGD ini digelar. Bidikan awal, adalah Bidang Promosi Budaya di 10 Destinasi Prioritas,” ungkap Deputi Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti, yang didampingi Plt Asdep Strategi Pemasaran Nusantara Kemenpar, Hariyanto, Senin (24/4).
Lantas mengapa harus budaya? Apa istimewanya faktor budaya di ’10 Bali Baru’?
Alasan yang dipaparkan Esthy sangat clear dan jelas. Yang utama, faktor budaya menjadi hal penting dan menentukan sukses tidaknya
program percepatan ini. Dan ini bukan hanya sekedar retorika. Ada data yang mendukung ini. Dari data Kemenpar, 60 persen wisman yang datang ke Indonesia karena budaya. Sebanyak 35 persen karena alam atau nature, dan 5 persen man made, seperti MICE -meeting, incentive, conference-exhibition, lalu sport tourism, showbiz, dan buatan manusia
yang lain.