Cultural Night di Prambanan Sukses Hibur Dermatology Eropa

Statemen ketakjuban juga ikut disuarakan Prof. Isaak Effendy. Pria berdarah Indonesia yang sudah 30 tahun tinggal di Jerman itu malahan
mengaku siap membantu Kementerian Pariwisata dalam mendatangkan lebih banyak lagi dermatology Eropa ke Indonesia. “Budaya dengan story telling seperti ini yang disuka masyarakat Eropa. Ini sangat menarik,
karena sangat jarang sekali dijumpai di negara-negara lainnya. Tahun besok, saya akan bawa lebih banyak lagi dermatology Eropa ke
Indonesia,” ungkapnya.
Soal ini, Kepala dan Konsultan Dermatologi di Departemen Dermatologi di Rumah Sakit Kota Bielefeld itu mengaku sangat pede. Dalihnya
simpel. Sebelum acara digelar, hanya Jerman dan Belanda yang siap mengirimkan perwakilannya ke Jogjakarta. Ternyata setelah mendengar nama Jogjakarta, Austria, Swiss, Kamboja dan Singapura ikutan mengirimkan delegasinya.
“Tahun besok Austria datang lengkap dengan
komunitas dermatologynya. Semua antusias karena sekarang mereka tidak diribetkan lagi dengan urusan visa. Kebijakan Bebas Visa Kunjungan yang dicetuskan Kementerian Pariwisata itu sangat membantu mobilitas
kami-kami ini yang ada di Eropa,” ungkapnuya.
Beragam Ketakjuban tadi membuat Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Asturi, ikut sumringah. Dia langsung memberikan apresiasi tinggi pada Bidang Promosi Wisata Pertemuan dan Konvensi yang telah bersusah payah menyiapkan suguhanbcultural night kelas dunia di Candi Prambanan.
“Terima kasih atas pujian-pujiannya. Ini kerja keras seluruh tim Pemasaran Nusantara,
terutama Bidang Promosi Wisata Pertemuan dan Konvensi. Mudah-mudahan ini bisa menyebar ke Eropa,” harap Esthy.