Bulan Depan ke Bali? Jangan Lewatkan Festival Tepi Sawah 2017

  • Bagikan
Anom menambahkan, keseluruhan festival akan mencerminkan serta membawa pesan kesadaran akan kelestarian lingkungan dan prinsip reduce, reuse, recycle (kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang) baik dalam hal produksi, penjualan makanan dan minuman, penangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya. Festival Tepi Sawah yang terbilang unik ini terinspirasi dari siklus dan irama kehidupan masyarakat desa agraria di Bali, yang mewarnai hari-hari mereka dengan kesederhanaan damai dan kebersamaan selaras, dalam menanam harapannya, memupuk kesejahteraannya, bersabar menunggu hujan berhari-hari, sampai saat ketika bulir padi mulai menguning, mereka bersorak-sorai merayakannya. "Festival Tepi Sawah dimaksudkan sebagai bagian dari sorak sorai itu. Festival ini mendamaikan dikotomi modern versus tradisional dengan mengupayakan collaborative art. Semangat kolektif khas masyarakat Bali menjadi semangat utama acara ini," jelas Anom Darsana. Ke depannya, Festival Tepi Sawah diproyeksikan sebagai sebuah acara kesenian tahunan berorientasi ramah lingkungan, yang akan melibatkan dan menghadirkan seniman-seniman dari berbagai cabang seni, untuk berkolaborasi dan berkarya dalam kebersamaan. Dalam gerakan kesadaran lingkungan ini, Festival Tepi Sawah berkolaborasi dengan Clean Bali Series, sebuah program buku dan pendidikan tentang kesadaran lingkungan untuk anak-anak, yang sudah dimulai sejak tahun 2006. Program ini telah aktif menggalang program bulanan “Bali Bersih” di venue festival, Omah Apik, bersama beberapa organisasi dan aktivis lingkungan, pendidikan, seni dan budaya, untuk memberikan ruang belajar kepada anak-anak setempat tentang Kesadaran Lingkungan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan