Gajah Mada (1) Orang Selayar, Katanya

Gantarang Lalangbata berada di atas bukit, di sebelah timurnya laut. Di pesisir timur Gantarang Lalangbata terdapat Pelabuhan Turungang dan Baba Ere, pelabuhan alam yang aman dari ancaman angin laut esktrim. Cocok sebagai tempat istirahat menunggu waktu pas melaut.
Awalnya, Gantarang Lalangbata berada di bawah, di pesisir, di dekat laut, tapi karena serangan perampok dan bajak laut, pemerintahan dipindahkan ke gunung.
Pada masanya, perampok dan bajak laut menjadikan Kepulauan Selayar, yang memiliki 132 pulau, sebagai lahan empuk mencari nafkah.
Di Selayar ada dua kampung dinamai Gantarang, ada Gantarang Lohe, ada juga Gantarang Lalangbata. Gantarang Lohe tidak dikelilingi benteng batu, tapi dua tempat ini berdekatan.
Lantas, dari sekian banyak tempat di nusantara, kenapa Palapa (yang akhirnya dikenal sebagai Gajah Mada) memilih Jawa dan Majapahit sebagai tempat merantau dan menimba ilmu?
Bila melihat ke belakang, sejak dahulu hubungan Selayar dan Kerajaan Majapahit memang sudah kuat. Bukan hanya Zaenal, pernyataan ini didukung pula oleh hasil penelitian arkeolog sebelumnya.
Dalam Negarakartagama pupuh XIV, disebutkan bahwa pada abad ke-13, Selayar merupakan salah satu wilayah kekuasaan Majapahit dan bahkan telah ikut dalam percaturan sejarah (Slamet Mulyono, 1978: 146). Ini menguatkan bahwa sejak saat itu Selayar telah mempunyai hubungan dengan daerah luar.
Pernyataan ini juga diperkuat dalam kumpulan makalah arkeologi yanag disusun menjadi sebuah buku setebal 1000 halaman lebih yang dijumpai FAJAR.co.id di Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan. Buku itu berjudul Pertemuan Ilmiah Arkeologi III (PIA III), Ciloto, 23-28 Mei 1983. Warna sampulnya merah tua, kusam. Tak kentara bahwa itu adalah buku hasil penelitian arkeolog-arkeolog nasional yang sangat berharga.