Berkaca pada Kebangkrutan 7-Eleven yang Hancur dari Dalam

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pada akhirnya 7-Eleven (baca: seven eleven) tumbang di tengah ketatnya kompetisi usaha retail modern maupun convenience store dalam negeri. Manajemen 7-Eleven (Sevel) menyatakan tutup gerai secara nasional per 30 Juni 2017. Bahkan, retail itu sudah banyak tidak beroperasi lagi sebelum tanggal gulung tikar datang. Surat resmi penutupan gerai secara nasional, sesuai yang beredar, ditandatangani Direktur PT Modern Internasional, Chandra Wijaya, dan ditujukan kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI). [caption id="attachment_857" align="aligncenter" width="300"] Potongan surat yang disampaikan manajemen 7-Eleven ke Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: IST)[/caption] Penutupan gerai terpaksa dilakukan Modern Sevel Internasional (MSI) antara lain karena gagalnya akuisisi 7-Eleven yang sebelumnya akan dilakukan PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI). Nilai akuisisi waralaba tersebut ditaksir mencapai Rp1 triliun. Sejatinya, MSI masih berhasil mengantongi penjualan sebesar Rp 971,8 miliar pada 2014. Perseroan pun masih bisa mengantongi laba operasi sebesar Rp 83,8 miliar dan laba tahun berjalan sebesar Rp 5,18 miliar. Tetapi, keuangan MSI mulai goyang pada 2015, di mana penjualan jeblok ke level Rp886,15 miliar. Kala itu perseroan mengalami kerugian operasional Rp 49,58 miliar dan rugi tahun berjalan sebesar Rp 127,7 miliar. Kinerja MSI semakin terpuruk setahun kemudian (2016). Penjualan turun menjadi Rp 675,27 miliar. Rugi operasional juga membengkak menjadi Rp 695,78 miliar dan rugi tahun berjalan melonjak ke angka Rp 554,87 miliar.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan