Masjid Mujahidin, Peninggalan Fisik Tentara Asal Sulsel di Surabaya

  • Bagikan
LEBIH MODERN: Awalnya dibangun secara sederhana, namun pada 1990 dilakukan renovasi besar-besaran untuk memperluas masjid karena semakin banyaknya jamaah. Kisah Dibalik Masjid Mujahidin (2)
Adnan menuturkan, banyaknya warga Sulsel yang bermukim di Surabaya bukan hal yang baru. Sebab, selama ini warga Sulsel memang memiliki jiwa merantau yang kuat. Jika sukses, mereka pasti akan menandai dengan membangun masjid di tanah perantauan. "Contohnya ya, masjid Mujahidin ini," jelasnya. Namun meski diurus warga Sulsel, Adnan mengatakan bahwa pihaknya sangat toleran. Tak ada jarak antara jemaah yang mayoritas dari suku Jawa dengan takmir yang didominasi warga Sulsel. Bahkan, pengurus takmir juga tak pernah menentukan golongan dari jemaah. Menurutnya, semua jemaah yang ada di Masjid Mujahidin, tak ada perbedaan dan memiliki satu tujuan yang sama, yakni untuk beribadah kepada Allah swt. "Jadi masjid ini bukan untuk NU atau Muhammadiyah. Kami semua lebur jadi satu dalam Masjid Mujahidin ini. Kami semua adalah umat muslim. Itu yang membuat masjid kami beda dengan yamg lainnya," pungkas Adnan. Pada awal Masjid Mujahidin berdiri tahun 1955 oleh Djakmar Yasman, bangunannya cukup sederhana. Hampir tak ada yang istimewa. Saat itu, desain bangunan sama dengan masjid kebanyakan. Bangunan masjid juga tidak luas, sebab pembangunan dilakukan dengan dana yang tak besar. "Yang penting, tujuan utamanya saat itu adalah bagaimana mendirikan masjid bagi para tentara yang beragama Islam yang bertugas di kawasan Perak. Jadi, dibangun tidak begitu wah," ujar Adnan. Namun, semua berubah pada awal tahun 1990. Saat itu, jumlah jemaah makin membeludak. Jemaah yang datang selalu memenuhi ruangan ibadah yang ada di dalam. Bahkan sampai meluber hingga ke halaman masjid.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan