Petani Garam Tak Bisa Nikmati Lonjakan Harga

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID -- Harga garam yang melambung saat ini ternyata tidak banyak dinikmati petani di Lamongan. Faktor cuaca memengaruhi produksi garam di sejumlah petani terjun bebas. "Produksi garam di Lamongan sampai saat ini masih 741 ton. Padahal, dalam kondisi normal biasanya sudah mencapai 10.000 ton pada bulan-bulan seperti ini," kata Kabid Pengawasan Dinas Perikanan dan Kelautan Lamongan, Basuki, kemarin (26/7/2017). Menurut dia, kondisi produksi garam tidak bagus tersebut sudah terjadi sejak tahun lalu. ‘’Rendahnya produksi garam karena kondisi cuaca. Yakni masih adanya hujan. Sehingga proses penggaraman tidak bisa berjalan optimal,’’ ujarnya. Sesuai hukum pasar, tutur Basuki, karena produksi turun sedangkan permintaan tetap, bahkan cenderung meningkat, membuat harga garam melonjak. Termasuk harga di tingkat petani. Menurut dia, harga garam di tingkat petani antara Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kilogram (kg). Harga tersebut jauh di atas yang ditetapkan dalam peraturan gubernur. Yakni Rp 750 per kg untuk kualitas K1. Sedangkan kualitas K2 sebesar Rp 550 per kg. Meski harga melonjak, petani garam tidak bisa menikmati pendapatan yang optimal. Sebab produksi garamnya menurun. Anjloknya produksi garam ini, diperkirakan target produksi tahun ini tidak tercapai, seperti tahun lalu. Target produksi garam di Lamongan tahun lalu 30.000 ton. Namun, hingga September 2016 baru tercapai 1.000 ton. Sedangkan bulan yang sama 2015 sudah mencapai 30.000 ton. Penurunan itu karena terjadi kemarau basah.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan