Belajar dari Alwi Hamu, Lelaki Bugis yang Tak Malu Mengepel Lantai

  • Bagikan
HM Alwi Hamu bersama Wapres RI, Jusuf Kalla, di Perpustakaan Masjid Al Markaz Al Islami, Jumat (28/7/2017). (FOTO: IDHAM AMA/FAJAR)
Pada 1989, Alwi bahkan mendatangkan kelompok atraksi Whu Han. Pertunjukan ini berlangsung lama di Balai Kemanunggalan ABRI-RAKYAT (sekarang gedung Jenderal M Jusuf). Pada masa Orde Baru, kurang lebih 35 tahun Kebudayaan Tionghoa kurang mendapat fasilitas dari pemerintah Indonesia. Termasuk tidak mengizinkan pertunjukan barongsai. Namun, pada 1992, Alwi justru memberi kejutan. Dengan sangat berani, ia menyelenggarakan pertunjukan barongsai dan atraksi naga di Sulawesi Selatan. Kedekatan Alwi dengan warga Keturunan semakin besar setelah menerbitkan surat kabar di Hong Kong. Sebagian besar berisikan informasi tentang kerukunan masyarakat Indonesia-Tionghoa. Sejumlah warga keturunan yang sangat besar jasanya mendampingi Alwi. Mereka setiap saat banyak berdiskusi tentang perkembangan warga keturunan. Modal kemampuan komunikasi dan idealisme Alwi yang membuatnya sukses menjalin pergaulan multikultaralisme itu. Keteguhan idealisme Alwi paling tampak di sektor media. Sebelum mendirikan FAJAR pada 1 Oktober 1981, Alwi menginjak remaja memang aktif di media massa. Masih duduk di bangku SMP, ia sudah menerbitkan majalah stensilan. Di SMA juga demikian. Bahkan ketika mahasiswa, selain memprakarsai Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia, ia mendirikan "Surat Kabar Umum KAMI" pada 1966. Selanjutnya, Alwi mendirikan majalah Intim, menyusul bergabung dengan Tegas. Alwi tercatat Sekjen Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia wilayah Sulselra pada saat gencar-gencarnya perjuangan mahasiswa melawan arus orde lama. Di jalur perjuangan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), Alwi salah seorang yang mempertahankan Markas HMI di Botolempangan, Makassar yang kini menjadi simbol perjuangan-perjuangan HMI.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan