Belajar dari Alwi Hamu, Lelaki Bugis yang Tak Malu Mengepel Lantai

Dari tangan Alwi, lahir pula buletin "IDJO itam BERDJUANG" (Hijau Hitam Berjuang). Ini salah satu "tanda kreativitas" Alwi dalam sejarah HMI. Buletin ini juga mencerminkan tiga kreativitas Alwi sebagai cikal bakal talentanya memenej media.
Pertama, ia mampu mengumpulkan bahan dan tulisan dari para aktivis HMI waktu itu. Kedua, kemampuannya mengedit sebagai cerminan sosok jurnalis yang bukan sekadar tukang pengumpul informasi. Ketiga, kemampuannya mencarikan sponsor/iklan untuk menghidupi buletin tersebut.
Darah aktivis dan perjuangan idealisme jurnalistik yang terus membara, bahkan pernah "mengantar" Alwi divonis enam bulan penjara. Dinamika hidup Alwi yang penuh tantangan itu membuatnya semakin tegar dan bijak.
Saat ini, Alwi merupakan staf ahli Wapres RI, Jusuf Kalla. Dia banyak menyumbangkan gagasan inovatif. Tak ayal, Alwi terus menanamkan kepada segenap manajamen dan karyawannya untuk terus berinovasi tanpa melupakan idealisme.
Semangat kerja inovatif itulah yang membuat Alwi tak pernah diam. Padahal, dalam usia dan kondisi perusahaan seperti sekarang, Alwi bisa saja ongkang-ongkang kaki menikmatinya. Namun, itu jauh dari sosok Alwi. Ia bahkan selalu hadir di tengah-tengah karyawan untuk memberi spirit kerja.
Dari bibir kumis murah senyum itu, kalimat-kalimat inovatif terus mengalir. Ia membakar dada segenap karyawan seraya berujar, "Jangan pernah mau berhenti menombak langit. Sebab, di atas langit masih ada langit."
Alwi mengumandangkan spirit itu sesungguhnya bukan untuk bisnis semata. Bukan pula untuk dirinya, melainkan untuk kehidupan sosial yang lebih baik dan lebih nyata. Bukan saja di Sulawesi Selatan, melainkan di Indonesia Timur. Oleh karena itu, ia mengembangkan jaringan melalui kemitraan nasional dan internasional.