Ternyata Ini Pekerjaan Bahrun Naim Sebelum Jadi Teroris

FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Nama Bahrun Naim sudah tidak asing bagi kepolisian karena dia diduga sebagai otak pelaku sejumlah teror yang pernah ada di Jakarta. Saat ini Bahrun Naim sudah menetap di Syria dan menjadi anggota ISIS.
Kasubdit Napi Deradikalisasi Badan Nasional Penggulangan Teroris (BNPT), Kolonel Sigit Karyadi mengatakan, Bahrun Naim sebelum menjadi teroris adalah seorang wartawan infotaiment di salah satu media yang cukup terkemuka.
"Dia (Bahrun Naim) dulu pernah menjadi wartawan infotaiment," ujar Sigit saat ditemui di Universitas Pertamina, Jakarta, Sabtu (29/7).
Sebelum menjadi wartawan Bahrun Naim juga seorang aktivis di salah satu universitas di kawasan Tangerang. Dia sangat aktif apabila ada aksi yang mengkritik pemerintah dalam bidang apapun.
Saat bergabung ke ISIS, Bahrun ungkap Sigit mengganti namanya menjadi Abu Bakar Al Indonisi. Nama Indonisi adalah merupakan ciri dirinya yang berasal dari Indonesia.
Bahrun Naim juga sebelum berangkat ke Syria bergabung dengan ISIS juga mengajak para juniornya di universitas di kawasan Tengerang, untuk bisa bergabung dengan kelompok radikal tersebut. Karena dia melihat ada kesamaan para juniornya yang tidak puas terhadap pemerintah.
"Banyak rekrutan dia yang di bawa ke Syria, bahkan ada junior yang statusnya masih mahasiswa," katanya.
Lebih lanjut Sigit mengatakan, pada tahun 2009 juga aktif melakukan baiat atau sumpah janji terhadap terhadap para orang yang ingin menjadi pelaku teror. Terlebih kepada rekan-rekannya di universitas.
"Pembaiatan itu dilakukan di Tangerang dan Bekasi sebelum berangkat ke Syria," pungkasnya.
Sekadar informasi Bahrun Naim memiliki nama lengkap Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo. Dia adala orang yang diduga dalang dibalik serangan teror di Ibu Kota pada tahun 2016.
Naim sendiri lahir di Pekalongan, Jawa Tengah pada 6 September 1983. Dia besar di Pasar Kliwon. Naim juga pintar dalam bidang komputer dan matematika. Bahkan dia dulu pernah membuka warnet dan bisnis online pernak-pernik Islam.
Pada, 9 November 2010 Naim sempat ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 (Anti-Teror) karena menyimpan 533 butir peluru laras panjang kaliber 7.62 mm, dan 31 butir peluru kaliber 9 mm. Ia mengaku, ratusan butir peluru tersebut merupakan titipan Purnama Putra alias Ipung alias Usamah alias Tikus alias Rizky. Ipung diketahui memiliki jaringan dengan Jamaah Islamiyah dan Noordin M. Top. Atas perbuatannya tersebut, Naim diputuskan bersalah oleh Pengadilan Negeri Surakarta dan dijatuhi hukuman penjara selama 2 tahun. (Fajar/JPG)