Jika Pakai Standar HDI, Indonesia Jauh Tertinggal

FAJAR.CO.ID- Seorang patriot bisa melakukan perubahan, baik dari luar maupun di dalam kekuasaan.
Begitu ditegaskan mantan aktivis mahasiswa 66/67 yang kini sebagai tokoh nasional pergerakan perubahan sekaligus ekonom senior, Rizal Ramli saat memberikan kuliah umum di hadapan 4.000 Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), akhir pekan lalu.
"Dari luar butuh tekad kuat dan waktu lama. Sedangkan dengan (melalui) kekuasaan lebih cepat. Patriot apapun oke," ujar Rizal Ramli yang juga merupakan alumnus ITB, Sophia University Tokyo, dan alumnus Boston University AS.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid ini pun menjelaskan, perubahan harus dimulai dari analisa struktur ekonomi dan sosial. Dari analisa tersebut kemudian diturunkan menjadi kebijakan.
"Jadi jangan pakai rumus generik yang sama," kata Rizal Ramli.
Lebih jauh, Rizal Ramli mengemukakan, jika menggunakan pendekatan historis, Indonesia mengalami banyak sekali kemajuan. Namun, hal itu sangat berbanding terbalik apabila menggunakan indikator Human Development Indeks (HDI).
"Yang terdidik makin banyak, ekonomi kita juga makin besar, tentu tidak bisa dibantah banyak sekali kemajuan. Nah, sayangnya kalau menggunakan indikator Human Development Indeks, kita relatif tertinggal," ungkap Rizal Ramli.
Dijelaskannya, Human Development Indeks digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Hasil riset Rizal Ramli bersama beberapa pemenang Nobel menunjukkan, bahwa rakyat Indonesia masih banyak yang belum sejahtera.