Yaman Makin Menderita, PBB Desak Arab Saudi Tanggung-Jawab

FAJAR.CO.ID, AMERIKA - Arab Saudi kerap dituding sebagai dalang di balik krisis kemanusiaan di Yaman. Negara yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud selama ini selalu menghalangi pengiriman bantuan kepada korban perang di Yaman. Efeknya luar biasa. Bukan hanya kelaparan, melainkan juga kekurangan obat dan maraknya penyakit kolera.
”Arab Saudi harus mendanai 100 persen kebutuhan krisis kemanusiaan di Yaman,” tegas David Beasley, direktur eksekutif World Food Program (WFP), salah satu badan di PBB, kepada kantor berita Reuters pada Senin (4/9).
Beasley mungkin sudah begitu muak dengan tindakan Saudi di Yaman. Sebab, selama ini, sangat jarang ada petinggi PBB yang mengkritik salah satu pihak saja dalam sebuah konflik. Dia menganggap apa yang dilakukan Saudi sudah keterlaluan.
Tokoh yang pernah menjadi gubernur South Carolina, Amerika Serikat (AS), itu memberikan tiga pilihan pada Saudi. Yakni, mengakhiri perang, mendanai krisis, atau melakukan dua-duanya. Tentu, opsi terakhir menjadi pilihan banyak pihak.
Sejak perang di Yaman mencuat pada 2015, 10 ribu orang tewas. Kemarin (5/9) Badan Kesehatan (WHO) PBB merilis data bahwa sejak April, 612.703 orang terhitung terinfeksi kolera dan 2.048 orang lainnya tewas karena penyakit tersebut. Sebanyak 7 juta orang juga terancam kelaparan serta kekurangan gizi.
Saudi menyatakan bahwa mereka telah memberikan bantuan ratusan juta dolar untuk program kemanusiaan di Yaman. Bahkan, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman mendonasikan USD 66 juta (Rp 879,9 miliar) pada Juni lalu kepada Badan Urusan Anak (Unicef) dan WHO PBB untuk memerangi wabah kolera di Yaman.