Warga Kaget, Ada PNS Tewas Misterius

FAJAR.CO.ID, SAMARINDA – Jelang salat Jumat kemarin (15/9), teriakan Tio (5) menggegerkan warga Kompleks Paris, Jalan Padat Karya, RT 10, Sempaja Utara, Samarinda Utara. Berlari ke rumah tetangga dengan air mata berderai, Tio menceritakan kondisi Koko Hadi Wibowo (32), ayahnya, yang terbujur kaku di pembaringan dalam kamar. Aparatur sipil negara (ASN) di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltim itu tewas.
Mendengar cerita tersebut dari Tio, warga sekitar lantas menghubungi Polsekta Samarinda Utara. Setiba di sana, anggota kepolisian menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP). “Saat pemindahan, badannya kaku dengan posisi bertelungkup,” ucap Kanit Reskrim Polsekta Samarinda Utara Iptu Wawan Gunawan.
Lanjut Wawan, tidak ada bau menyengat di sekitar lokasi kejadian. Itu menandakan Koko tewas di bawah 6 jam sebelum ditemukan. Wajahnya sudah menghitam. Selain itu, tangan kanan Koko memegangi badan antara dada dan perut. Kemudian dari mulut korban, terlihat ada aliran darah yang mengering.
Kabar tewasnya Koko sampai ke telinga Narulita, mantan istri sekaligus ibu Tio. Dia bermukim di Jalan Ahim, Samarinda Utara.
Dia menjelaskan, Koko yang sudah memberinya empat anak, tidak memiliki riwayat penyakit. Sementara itu, Narulita mengetahui Koko rajin menjaga kesehatan dengan berolahraga di pusat kebugaran. Malam hari sebelum kejadian, Narulita mengaku sempat berbalas pesan singkat melalui pesan pribadi di media sosial. Perbincangan seputar menanyakan kabar anak dan orangtua.
Kepergian Koko yang mendadak juga sempat menjadi perhatian rekan sejawatnya. “Kemarin (Kamis) sempat ketawa bareng, Mas. Kaget juga kok bisa secepat itu,” sebut rekannya ketika ditemui Kaltim Post di kamar jenazah RSUD AW Sjahranie. Senada dengan Narulita, rekan yang namanya enggan dikorankan tersebut mengaku tak pernah mendengar Koko mengeluh sakit.
Wawan menegaskan, polisi belum bisa memastikan penyebab kematian Koko. “Kami juga tak temukan ada tanda-tanda meminum obat atau semacamnya di sekitar jasadnya,” ujar perwira berpangkat balok dua itu.
Penyelidikan kian rumit lantaran keluarga enggan memberi izin autopsi. Kepolisian pun hanya bisa memberi hasil visum luar sebagai laporan penyelidikan. (*/dra/ndy/k9)