Sebut Merugi Karena Kebijakan Pemerintah, Pernyataan Dirut Pertamina Dianggap Menyesatkan

Sebaliknya, Elia mungkin lupa atau barangkali tidak paham bahwa Pertamina selama ini sudah banyak mengeluarkan uang untuk berinvestasi di sektor hulu di luar negeri, baik sebagai Participacing interest saja dan ada juga sebagai operator seperti di blok Algeria Aljazair, blok Murfi di Malaysia, dan lainnya .
Tetapi faktanya, seluruh investasi yang jika ditotal sudah mencapai hampir USD 10 miliar tersebut, ternyata tidak signifikan menopang kinerja keuangan Pertamina, baik dari sisi produksi maupun penerimaannya untuk menutupi biaya investasi.
Bahkan beberapa pembelian saham blok migas itu diduga bermasalah. "Dari beberapa blok bermasalah itu, saat ini ada yang sudah masuk proses penyidikan dan ada yang masih di tahap penyelidikan oleh aparat hukum. Maka bisa jadi proses pembelian saham blok migas di luar negeri ini ikut menyumbang ketidakefisienan bagi Pertamina selama ini," ucapnya.
Sehingga patut diduga, banyaknya tahapan proses bisnis dari hulu hingga hilir di Pertamina yang tidak efisien akibat dugaan praktek bisnis yang haramlah, yang mengakibatkan Pertamina tidak efisien. Dengan kata lain, penilaian bahwa beban keuangan Pertamina berawal dari penugasan BBM Satu Harga dan subsidi solar tetap, menjadi sangat prematur.
"Apalagi, harga minyak dunia saat ini masih di sekitar USD 54 per barel. Tentu akan muncul pertanyaan, seandainya harga minyak menyentuh USD 100 per barel seperti terjadi di tahun 2012 dan 2013, kemungkinan besar akan bisa membuat Elia terpaksa “lempar handuk," ucapnya.