Beberapa bangunan kumuh di pelosok Kota Makassar itu tampak tegak berdiri dikelilingi tumpukan sampah hasil memulung pemiliknya. Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar suara nyanyian khas anak-anak saling bersahutan.
========================== Syarifah Fitriani, Makassar ==========================
FAJAR.CO.ID yang mendapat kesempatan mengunjungi Sekolah Impian Anak Pemulung, akhirnya dijemput oleh Pendiri sekolah yang juga merupakan ketua Yayasan Smart Home, Febriansyah SPd. Maklum, posisi Sekolah Impian itu berlokasi di jauh dari pusat kota, tepatnya di Jl Inspeksi Kanal II (dekat Stikes Amanah) Kelurahan Kassi-Kassi, Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Setelah melewati jalan becek beberapa saat, tampaklah sebuah gubuk berukuran 5x6 meter tempat anak pemulung dan kaum dhuafa menimba ilmu. Nyanyian yang sempat terdengar dari kejauhan tadi ternyata bersumber dari sekolah yang terbuat dari balok kayu dan bambu itu. Seakan tak peduli dengan bau sampah dan pemukiman kumuh di sekitarnya, sekolah yang dibangun oleh tim Komunitas Rumah Dedikasi Indonesia (KRDI) Makassar dibawah naungan Yayasan Smart Home itu sudah berjalan sekitar lima bulannya, sejak Juni lalu. Hingga kini sekolah tersebut memiliki 36 siswa Taman Kanak-kanak (TK) dan empat siswa bimbingan khusus yang merupakan siswa SD putus sekolah. "Semangat anak belajar disini sangat besar, berbanding terbalik dengan siswa sekolah formal di luar sana. Awalnya kami dirikan sekolah ini karena suatu kebetulan saja," kata Febri, Kamis 23 November 2017. Awalnya, kata dia, tim KRDI Makassar yang telah didirikan 2003 silam, membuat program Berbagi Makanan di Jumat Berkah kepada pemulung dan tukang becak. Pada awal 2017, tim pun secara tidak sengaja menjejakkan kakinya ke pemukiman kumuh itu. "Disana kami lihat banyak anak-anak yang bermain padahal saat itu jam sekolah. Kami pun bertanya kepada orang tua mereka, katanya mereka tidak punya biaya untuk menyekolahkan anaknya. Berawal dari itulah niat kami dimulai," jelasnya. Sementara itu salah satu orang tua siswa Kasriani dg Kinang, mengungkapkan, orang tua siswa disini sangat bersyukur dengan adanya Sekolah Impian ini. Selain pendidikannya gratis dan tidak jauh, ilmu yang diberikan pun cepat diserap oleh anak-anak. Ibu tiga anak ini juga mengaku sering mendampingi anak bungsunya, Karmila, saat belajar disana. Layaknya pendidikan PAUD pada umumnya, siswa disini juga diajarkan cara membaca, menulis, berhitung dan tilawah. "Kelihatannya mereka (siswa) hanya main-main, tapi ternyata mereka menyerap semua yang diajarkan gurunya. Kami sangat terbantu dengan adanya sekolah Impian ini," akunya sembari tersenyum. Agar diakui oleh Pemerintah, sambung Febri, pihaknya sudah mengajukan proposal perizinan di Dinas Pendidikan Kota Makassar. Hingga saat ini, perizinan tersebut disambut baik oleh pihak pemerintah karena memenuhi dua poin dari 18 Revolusi Pendidikan yang digalakkan Walikota Makassar, Ramdhan Pomanto. "Sekarang prosesnya sudah 80 persen, tinggal menunggu Nomor Induk Sekolah untuk Sekolah Impian ini. Semoga dilancarkan," harapnya. (*/bersambung)