FAJAR.CO.ID -- Tertanggal 8 Desember 2017, sebanyak 17 dokter spesialis Rumah Sakit Regional Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) melayangkan surat pengunduran diri. Mengakibatkan pelayanan lumpuh dan pasien terlantar.
Masalah manajerial menjadi alasan utama para dokter spesialis mundur.
Sebenarnya, persoalan ini telah mereka utarakan melalui mosi tidak percaya terhadap manajemen RS yang diajukan kepada Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar, pada 6 Oktober lalu. Namun, tidak mendapat respons positif.
Mereka menuntut agar Pj. Direktur RS Regional Sulbar, A Munasir, mundur dari jabatannya. Sebaliknya, Gubernur Sulbar malah melantik Munasir sebagai direktur definitif pada 22 Oktober lalu.
Kebijakan gubernur dinilai tidak sejalan dengan tuntutan para dokter dan berakibat pada hubungan direktur dan dokter spesialis tidak harmonis.
Alhasil, terbitlah surat pengunduran diri beramai-ramai. Dokumen ini juga ditembuskan kepada Sekprov Sulbar, BKD Sulbar, dan Direktur RSUD Mamuju.
[caption id="attachment_268277" align="alignnone" width="223"]

Surat pengunduran diri. (Foto; IST/FAJAR.co.id)[/caption]
Salah seorang dokter spesialis yang mengajukan pengunduran, Sitti Saenab, mengakui pengajuan pengunduran diri seperti yang tertuang dalam surat yang berbeda adalah benar. Semua pihak dokter yang bertanda tangan telah sepakat. "Itu bentuk kekecewaan kami," ucapnya.
[caption id="attachment_268278" align="alignnone" width="169"]

Daftar dokter yang mengundurkan diri. (Foto: IST/FAJAR.co.id)[/caption]
Direktur RS Regional Sulbar, dr Andi Munasir mengaku terkejut dengan aksi pengunduran diri yang dilakukan 17 dokter ahli. Dia mengklaim semua tuntutan yang pernah dilayangkan para dokter spesialis pada aksi mogok 6 November lalu, telah dipenuhi.
"Saya tidak tahu apa yang mereka (dokter spesialis, Red) maksud dengan mosi tidak percaya pada kinerja kami para direksi. Kalau ada masalah, kenapa selalu mogok yang mengakibatkan pasien dikorbankan," ucapnya.
Munasir mengaku sudah berkonsultasi dengan Pemprov Sulbar. Sekretaris provinsi telah menanganinya. "Saya tinggal menunggu arahan saja. Pak Sekda berjanji akan menerjunkan tim untuk meninjau masalah tersebut," ujarnya.
Kendati terjadi kekosongan dokter spesialis, Munasir menyebut pelayanan kesehatan tetap berjalan. "Kalau masih bisa ditangani dokter umum, kami tetap layani," tuturnya.
Hanya, jika harus mendapat penanganan lebih lanjut, pasien akan dirujuk ke Polman atau Makassar. "Kami tidak mau paksakan jika memang gawat," ucapnya.
Mundurnya 17 dokter spesialis jelas berpengaruh bagi pelayanan di rumah sakit tersebut. Semua pintu poliklinik yang berjumlah 14 ruangan dalam kondisi terkunci, kemarin (8/12/2017). Pasien dirugikan.
Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar, sejatinya sudah tahu masalah besar ini. Namun, dia tak memantau langsung perkembangan. Mantan bupati Polman itu memilih untuk menemui tamunya dari Amerika Serikat (AS).
"Tidak enak saya tinggalkan tamu dari Kedubes Amerika Serikat. Apalagi datang untuk meresmikan PLTS Karampung yang merupakan hibah Pemerintah Amerika Serikat," katanya.
Ali Baal mengaku telah memerintahkan Dinas Kesehatan dan manajemen RS untuk menyelesaikan masalah. Dia berjanji segera menyelesaikan masalah secepatnya. "Paling tidak Senin sudah ada tindakan riil," janjinya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Sulbar, Ahmad Aziz, yang dihubungi, juga mengaku tidak berada di Mamuju, melainkan di Pasangkayu, Mamuju Utara. Dia berjanji, hari ini, akan mencari akar masalahnya.
(red-edo/rs/fo/fajar)