Sisi Ekstrem Kecanduan Ponsel, Ternyata Sebahaya Narkoba

FAJAR.CO.ID -- Padahal tidak punya janji menelepon maupun ditelepon, Nila (nama samaran) seperti sedang menunggu sesuatu yang penting. Dilihat tidak ada apa-apa, ditaruh lagi. Tidak berapa lama, ponselnya dilihat lagi.
Kenapa bisa begitu?
Kasus seperti Nila itu nyata. Kondisi tersebut merupakan gejala salah seorang pasien yang ditangani Dra Mierrina SPsi Mpsi. Menurut psikolog yang praktik di Siloam Hospitals Surabaya itu, masih ada banyak pasien lain yang ditemui dengan gejala serupa.
’’Nyaris semua orang yang memiliki gawai pasti mengalami hal itu. Paling tidak pernah merasakan itu,’’ ujarnya.
Sudah banyak penelitian yang menulis efek buruk kecanduan gawai.
Yang jadi fokus Mierrina kali ini adalah abnormal personality. Menurut dia, pengguna gawai rentan mengalami gangguan kepribadian narsistik, khususnya yang aktif di media sosial.
’’Selfie yang diunggah itu kan sudah dipilih, diedit dengan aplikasi. Mereka punya mindset, saya bangga pada diri sendiri dan orang lain juga harus kagum dengan saya,’’ kata Mierrina.
Si pengunggah berekspektasi mendapat perhatian dari pengikutnya. Mereka lantas terus-menerus ngecek, berapa sih yang like fotonya. Siapa saja sih yang sudah memujinya. Perempuan yang juga dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UINSA itu menjelaskan, sikap narsistik tersebut bisa jadi akar body dysmorphic disorder (BDD).
’’Misal, ada komentar yang bilang ’sekarang gemuk, ya’. Buat yang biasa, tentu nggak terlalu masalah. Tapi, buat yang sudah telanjur ketagihan dipuji, muncul tekanan untuk tampil sempurna,’’ tegas Mierrina.