Alasannya, Sebelum Difteri Menjadi KLB, Sudah Dilakukan Imunisasi ke Warga-warga

FAJAR.CO.ID, TANJUNG SELOR - Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Diskes Kaltara Agust Suwandy mengatakan, sebelum Kota Tarakan menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) difteri, pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan instansi terkait.
Sebagai tindak lanjut dengan memberikan imunisasi ulang atau outbreak response immunization (ORI) massal. “Saat ini pemberian imunisasi massal sudah berlangsung sebelum memasuki masa liburan sekolah,” ujarnya, kemarin (27/12).
Bahkan, pemberian imunisasi juga difokuskan di lingkungan sekitar bagi suspect difteri. Jenis imunisasi yang diberikan tergantung golongan umur, baik balita, anak sekolah, remaja hingga dewasa. Akan tetapi, yang jadi kendala Diskes Kaltara kekurangan vaksin imunisasi.
Upaya yang dilakukan dengan meminta bantuan dari pemerintah pusat, tapi hingga saat ini belum terealisasi. “Pemerintah pusat menyarankan agar menggunakan stok yang ada baik di provinsi maupun di Tarakan. Sehingga kami berikan vaksin imunisasi secara selektif,” ujarnya.
Pemberian secara selektif, terutama untuk wilayah sekitar yang suspect difteri. Ideal pemberian vaksin untuk umur 1 hingga 19 tahun selama tiga kali sebulan, tiga bulan dan 6 bulan berikutnya. Vaksin imunisasi yang diberikan, kata Agust, berupa suntikan.
Menurutnya, difteri ini dapat menular kepada siapa saja. Akan tetapi yang paling rentan terkena justru dari kalangan anak-anak melalui saluran pernapasan. Selain pemberian vaksin, Diskes Kaltara terus memantau dan berkoordinasi dengan Diskes Tarakan untuk pencatatan pelaporan. Status KLB ini bisa dicabut apabila penderita difteri sudah dinyatakan sembuh. Bagi penderita difteri ini sulit untuk diketahui gejalanya, karena pasien tidak mengalami penyakit yang parah.
“Sementara kita juga masih menunggu kiriman vaksin imunisasi yang merupakan bantuan pemerintah pusat. Karena saat ini kita pun ketersediaan vaksin masih kosong,” sebutnya.
Untuk keperluan vaksin pun, diakuinya, tidak bisa menyimpan dalam jumlah banyak. KLB Difteri yang terjadi di Tarakan, ternyata memberikan dampak di Bulungan agar lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit difteri yang dapat menyebabkan kematian, bila tak ditangani segera.
Bupati Bulungan Sudjati mengimbau kewaspadaan dini dan respons terhadap kasus difteri. “Kepada seluruh masyarakat, instansi pemerintah dan swasta untuk ikut berpartisipasi dalam upaya kewaspadaan dan penanggulangan penyakit difteri,” pintanya.
Penyakit difteri mudah menular melalui pernapasan, percikan ludah, muntahan, dan juga dapat melalui benda yang terkontaminasi. Menurutnya, difteri dapat menyerang anak yang tidak mempunyai kekebalan dan menyebabkan kematian. Gejala-gejala penyakit difteri dapat diketahui apabila si anak alami demam tinggi dengan 38 derajat celcius, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi, sesak nafas disertai bunyi.
Dia mengingkatkan jika ditemukan keluarga atau tetangga yang memiliki gejala tersebut, maka harus segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera mendapatkan penanganan dan perawatan dalam waktu 1x24 jam. Penyakit difteri dapat dicegah dengan memberikan imunisasi sesuai jadwal yang ditentukan sebagai perlindungan terbaik terhadap kemungkinan tertular penyakit difteri. (uno/fen)