Menikmati Pedasnya Katokkon, Si Cabai Imut Khas Toraja

  • Bagikan

Sekilas bentuknya mirip paprika, namun ada juga yang mengatakan lebih mirip buah Strawberry. Ya inilah Katokkon, cabai imut khas Toraja, yang pedasnya mengalahkan cabai rawit.

============================ Syarifah Fitriani, Tana Toraja ============================

Berwisata di Bumi Toraja, memang menciptakan kepuasan tersendiri. Tak hanya berbagai destinasi wisata yang mampu memanjakan mata, namun juga alam sekitar yang masih terjaga dapat menciptakan ketenangan batin. Hampir seluruh warganya yang berprofesi sebagai petani, tampak menikmati tugasnya menanam dan memanen hasil tani dan kebun. Seperti petani cabai Katokkon di Dusun Pangrorean, Desa Lembang Gasing, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja. [caption id="attachment_275183" align="alignnone" width="300"] Petani Cabai Katokkon, Yakobus, tengah mengeringkan hasil panen cabainya.[/caption] Memasuki masa panen Katokkon, tentu menjadi berkah tersendiri bagi mereka, contohnya Yakobus, salah seorang petani Katokkon disana. Menurut Yakobus, Katokkon merupakan jenis tanaman yang lumayan mudah penanamannya. Sejak penanaman perdana, hanya butuh sekitar empat bulan hingga masuk masa panen. Setelah melewati masa panen pertama pun, petani masih tetap menikmati hasil terus-menerus. "Biasanya dalam sebulan bisa 5-6 kali panen. Kalau disandingkan dengan cabai rawit, cabai rawit masih kalah pedasnya. Bahkan hanya dengan memegang cabai Katokkon, kulit akan terasa panas terbakar," jelasnya. Berbeda dengan tanaman Tomat, cabai Katokkon bisa 'diremajakan' lagi hanya dengan memberikan tambahan pupuk di akar pohon. Setelah menambahkan pupuk, tanaman bisa dipanen lagi seperti biasa. Menurut petani lainnya, Paulus Yandri, cabai Katokkon ini memang khas Toraja, namun di beberapa daerah juga ada yang menanamnya. Bedanya di daerah lain, cabai Katokkon ini hanya dijadikan tanaman hias. "Kalau disini, kami jadikan bumbu dapur pengganti cabai rawit," katanya Cabai Katokkon sendiri, lanjutnya, hanya bisa tumbuh subuh di daerah yang bercuaca dingin dan struktur tanah pegunungan. [caption id="attachment_275190" align="alignnone" width="300"] Paulus Yandri, yang juga petani Cabai Katokkon mengeluhkan harga cabai yang semakin melemah.[/caption] Sayangnya, harga cabai Katokkon semakin menurun di pasaran. Dari harga Rp25 ribu per kilogram, kini cabai tersebut hanya berkisar Rp10 ribu per kilogram. "Untungnya, cabai yang telah dipanen ini tidak mudah busuk. Sering juga Katokkon ini dijadikan buah tangan atau oleh-oleh para wisatawan," pungkas Yandri.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan