Gelap menyergap isi bangunan tak berpenghuni itu. Saya tiba di rumah itu kala matahari baru naik sepenggalah.
===================== Laporan: IMAM RAHMANTO Kabupaten Enrekang, Sulsel =====================
LOKASI rumah bertiang satu jauh di tengah hutan Desa Limbuang, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Di depan rumah bertiang satu, berdiri rumah lebih besar dengan 41 tiang. Penopang rumah itu memang hanya satu tiang. Letaknya di tengah rumah. Ukuran tiang 40 x 40 centimeter. Kayunya jenis gufasa (Vitex Cofassus). Masyarakat setempat menyebutnya kayu bitti. Ada tangga di depan, dengan tiang sendiri dan dapat terpisah dari badan rumah. Meski hanya memiliki satu tiang, tetapi rumah itu memiliki 12 kamar. Luas rumah sekira 6x6 meter. Rata-rata ukuran kamar 2x1 meter. Terbagi dua bagian. Keduanya dipisahkan lorong sempit selebar dua meter. Lokasinya yang berada di tengah hutan, membuat rumah diselimuti kesunyian. Daun-daun pohon lebih banyak merintangi upaya matahari membagikan sinarnya. Jika ingin menelisik isi rumah lebih jauh ke dalam, saya mesti menambahkan lampu dari gawai. Sorot cahaya itu langsung menimpa sebuah lemari rotan kecil di tengah ruangan. Sisa-sisa perlengkapan ritual juga tergeletak di sampingnya. Bertengger pula sebuah foto bertuliskan "Sultan Auliya Syekh Abd Qadir; Jaelani Penghulu Segala Wali Terbesar Seluruh Dunia". "Itu kan nama ulama besar, salah satu sahabat Nabi," serobot seorang teman, Ohe, yang langsung mengenali nama itu. Tak hanya rumah bertiang satu itu yang berada di tengah hutan Desa Limbuang. Tepat di hadapan rumah bertiang satu, bangunan serupa juga berdiri cukup kokoh.