Meski kerap dirazia, pratik prostisusi ilegal tetap marak di Semarang. Kupu-kupu malam kerap mangkal di Jembatan TI dan sekitaran Stasiun Kereta Api (KA) Semarang Poncol. Di Poncol ini, orang-orang sering menyematkan sebutan gadis matik kepada para pekerja seks komersial (PSK).
=================
BERADA di atas motor adalah salah satu strategi para Gadis Matik untuk bisa mengambil langkah seribu ketika ada razia petugas keamanan. Meski mereka juga menggunakan jurus kira-kira. Kira-kira kapan petugas keliling dan kira-kira kapan melipir sejenak. Jawa Pos Radar Semarang mencoba menyambangi tempat yang biasa digunakan para gadis matik ini mangkal. Ya di sekitaran Stasiun Semarang Poncol. Ternyata, kini keberadaan mereka sudah meluas hingga ke Jalan Tanjung dan pertigaan Jalan Sayidan dengan Jalan Pemuda. Keberadaan mereka memberikan pemandangan yang khas. Mulai dari yang muda 17 tahun, hingga paruh baya, kepala 5 alias umur 50-an. Semuanya tampak percaya diri memanggil pria yang melintas dengan laju kendaraan pelan. ”Ssstttt” sambil melambaikan tangan. Mereka menjajakan diri mulai pukul 21.00 hingga larut malam. Salah seorang gadis matik, sebut saja Dian (bukan nama sebenarnya) mengaku terpaksa menjalani pekerjaan ini untuk membantu orang tuanya membayar utang. Tidak ada keluarga maupun tetangga yang tahu, Dian merupakan satu dari sekian gadis matik di Poncol. Sebab, kepada keluarga ia mengaku bekerja sebagai lady companion (LC) di salah satu tempat karaoke terkenal di Semarang. ”Makanya saya pakai masker, takut ketahuan kalau ada tetangga yang lewat,” jelas perempuan asal Boja yang mengaku belum lama menjalani pekerjaan ini. Nada bicaranya seperti layaknya sudah sangat akrab.