Miris, Guru Honor Paling Diandalkan tapi Nasibnya Paling Memprihatinkan

  • Bagikan
Dibangun tahun 2010 sekolah itu hanya memiliki 5 guru non PNS dengan jumlah siswa 20 orang. Di Kelas satu, ada dua pasang siswa kembar yaitu Suharto dan Sukarno (laki-laki) serta Dewi dan Sinta. Dalam satu bangunan jumlah kelas ada 3 dan digabung jadi satu, kelas 1 sampai kelas 3. Sekolah tersebut berada di Desa Pattalikang, Kec Manuju. Sekolah itu bernama Madrasah Ibtidaiyah Al Amin campagayya. Sejak berdiri, sekolah itu baru sekali menamatkan siswanya. Menurut Pak Syahrir salah satu guru sukarela di sekolah itu mereka tidak di gaji mengajar. Banyak orang tua siswa malu menyekolahkan anaknya di sana dengan alasan malu karena bangunannya yang tidak memadai. Pak Syahrir salah satu guru disana sedang mengajar siswanya belajar membaca dan mata pelajaran Agama Islam untuk kelas 2 dan 3, Selasa 11 April. TAWAKKAL/FAJAR/JPG
FAJAR.CO.ID, PONTIANAK - Aksi unjuk rasa sekitar 800 orang guru honorer yang tergabung dalam Forum Guru Honorer Non Kategori (Forgonri) Kabupaten Sambas, Kalbar, pada Rabu (14/3), mendapat respons kalangan dewan. Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalbar H Suriansyah menyatakan dirinya sangat berempati terhadap perjuangan yang dilakukan ratusan guru honoreruntuk mendapatkan SK honorer non kategori. "Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan. Apalagi banyak sekali sekolah di Kabupaten Sambas yang mengandalkan guru honorer. Tetapi sampai saat ini tidak ada pengangkatan," tegas Ir H Suriansyah, MMA, Rabu (14/3). Bahkan, wakil rakyat asal Dapil Kabupaten Sambas ini mengungkapkan, selama ini beragam persoalan serta kesulitan dialami para guru honorer di seluruh tingkatan SD sampai SMA di Kabupaten Sambas. Mulai dari kecilnya honor yang diterima hingga kejelasan status mereka yang terkesan diabaikan pemerintah. “Saya sering mendapati aspirasi yang disampaikan para guru honorer di Kabupaten Sambas ihwal nasib mereka ketika melakukan kegiatan reses. Saya mengingatkan seharusnya moratorium pengangkatan CPNS tidak disamakan, karena keperluan guru sangat tinggi," ucapnya. Dalam kesempatan itu, legislator Partai Gerindra ini mencontohkan, seperti yang dialami SMK Jawai Selatan yang hanya memiliki sembilan guru tetap, sedangkan 20 guru lainnya berstatus honorer. "Itupun sebenarnya kurang. Terhadap guru tersebut yang tidak ada pengangkatan, sehingga tidak bisa digaji. Kalaupun digaji sangat kecil gajinya," ulasnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan