Ijazah SD Hilang Disapu Banjir, Pak RT Terpaksa Ujian Susulan

  • Bagikan
Tukiyar (baju putih), Ketua RT Dusun Kraton, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo kemarin harus mengikuti ujian paket A di PKBM Kartini. (Foto: Jumai/ Radar Jember)
FAJAR.CO.ID -- Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kartini Tempurejo kemarin menggelar ujian sekolah bersandar nasional (USBN) paket A atau setingkat sekolah dasar. USBN kali ini diikuti 11 peserta dari calon peserta sebanyak 12 orang. Hal yang menarik perhatian, ujian itu juga diikuti warga yang sudah berumur. Mereka terpaksa ikut ujian kejar paket A karena berbagai alasan. Tukiyar, 61, warga Dusun Kraton, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo misalnya. Dia terpaksa ikut kejar Paket A ini meskipun sebelumnya sudah pernah ikut. “Ijazah saya hilang karena rumahnya sering kebanjiran,” ucap pria yang juga Ketua RT di Desa Wonoasri, Tempurejo ini. Banyak kejadian lucu. Di antaranya banyak peserta yang lupa tidak membawa alat tulis seperti pensil. Selain itu, ada juga yang lupa membawa kacamata, akhirnya tidak bisa mengisi lembar jawaban. Beruntung, ada pengawas yang meminjami kacamata, sehingga bisa mengisi lembar jawabannya. Pria yang lupa membawa kacamata itu adalah Pak Pai, 58, peserta asal Dusun Kraton, Desa Wonoasri, Tempurejo. Dia sempat celingukan. Bingung karena tak bisa melihat soal dengan jelas. Pun dengan lembar jawabannya. Akhirnya, dia pun menyampaikan masalah yang dihadapinya itu ke petugas. Sembari tertawa, petugas ujian lantas meminjami kacamata. Pak Pai mengaku ikut ujian paket A hanya untuk jaga-jaga saja. “Dulu saya berhenti kelas 3 karena harus membantu orang tua kerja di kebun,” ujarnya. Dia mengaku, saat itu terpaksa berhenti sekolah karena disuruh oleh orang tuanya. Kini, meski usia mulai uzur, dia memimpikan bisa memegang ijazah SD. “Saya ada niat untuk ikut ujian meskipun dikatakan terlambat. Saya dulu berhenti sekolah di kelas 3, karena memang disuruh berhenti,” ujarnya. Tentu saja ujian kemarin agak merepotkan. Sebab, pesertanya sudah tua-tua. Banyak yang kesulitan mengerjakan dan mengisi lembar jawaban. Banyak yang terpaksa dipandu petugas untuk mengisi nama di lembar jawaban. Rata-rata, peserta bingung karena memang belum pernah ujian. “Kolom isiannya kecil dan harus dibantu dengan kacamata,” ujar Sugianto, peserta lainnya. Namun, petugas dengan sabar melayani seluruh peserta yang memang memiliki semangat tinggi untuk belajar. Sirat Adi Purnomo, ketua PKBM Kartini Tempurejo mengaku salut dengan peserta ujian paket A ini. Rata-rata peserta ujian ini ikut karena memang berhenti di kelas 3 dan 4 SD. “Peserta yang umurnya sudah tua tetapi tetap semangat, mereka sudah sadar dengan pendidikan,” jelasnya. Dia mengatakan, rata-rata peserta ujian ini banyak yang jadi Ketua RT di desanya. “Sebenarnya ada 12 peserta, namun yang hadir 11 peserta. Satu peserta memang sudah mengundurkan diri karena ikut orang tuanya kerja ke luar Jawa,” pungkas Sirat. (jr/jum/ras/das/JPR)  
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan