Tiga Tahun Dijanji, Jalur “Neraka” di Trans Sulawesi Ini Tak Kunjung Diperbaiki

FAJAR.CO.ID -- Wawan langsung membanting pintu mobil box yang dikendarainya, selasa (29/5). Dia sangat kesal sekali, karena harapannya untuk cepat sampai di Wanggudu, Konawe Utara (Konut) terhambat.
Mobil yang dikendarainya terjebak kubangan lumpur di Desa Paku Jaya Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sultra.
“Sialan. Apakah yang dikerja ini pemerintah, sehingga rakyat dibiarkan menderita begini,” umpatnya sambil memutari mobil mencari solusi supaya keluar dari “jebakan” lumpur sedalam hampir satu meter tersebut.
Pria asal Kendari ini butuh waktu hampir satu jam berjibaku untuk bisa keluar dari jalur “neraka” tersebut. Itupun karena dibantu beberapa pengendara roda dua yang satu jalur dengannya. “Mudah-mudahan pemerintah terketuk hatinya mendengarkan keluahan masyarakat di sini,” harapnya.
Keluhan yang dilontarkan bapak dua anak itu, mewakili perasaan ratusan bahkan mungkin ribuan warga Konut yang tiap hari lewat jalur tersebut. Bagi mereka, jalan tersebut sudah seperti jalur “neraka”. Hal itu untuk menggambarkan betapa sulit dilalui ketika musim hujan. Sebab, pasti membentuk kubangan lumpur, sehingga kendaraan roda dua maupun empat sering terjebak.
“Desa Pakue Jaya, memang paling parah dibanding belasan desa lain yang dilalui Jalur Trans Sulawesi. Bagi pengendara roda empat, jalur itu memang seperti ‘neraka’ saat musim hujan. Apalagi kalau hujannya lama, parah sekali kondisinya,” kata Sunardin, Warga Kecamatan Andowia yang mengaku hampir setiap saat melintasi poros Trans Sulawesi tersebut, selasa (29/5).