Tiga Tahun Dijanji, Jalur “Neraka” di Trans Sulawesi Ini Tak Kunjung Diperbaiki

Selain Pakue Jaya, masih ada belasan desa yang dilalui jalur Trans Sulawesi dan kondisinya tidak terllau jauh beda. Seperti Desa Pohara, Andadowi hingga Desa Tondowatu di Konut. Selebihnya lihat grafis. Warga Konut paling merasakan dampak kerusakan jalan itu.
Menurut Sunardin, setiap kali lewat warga pasti kesal dan emosi. “Sudah pasti dongkol. Sudah tiga tahun ini, kondisi jalannya tidak ada perbaikan. Apalagi kalau musim hujan seperti sekarang, kondisinya sangat memprihatinkan,” ungkapnya.
Harapan warga agar jalan itu cepat diperbaiki, bukan hanya supaya mempercepat waktu perjalanan, tapi juga pertimbangan ekonomi. Sebab, sejak kerusakan jalan itu, harga barang-barang kebutuhan pokok di Konut naik drastis. Termasuk kelangkaan LPG juga semakin terasa. “Sekarang harga LPG 3 kg mencapai Rp 50 ribu-60 ribu pertabung. Bahan sembako juga naik,” kata Fitri, ibu rumah tangga di Kecamatan Lasolo, selasa (29/5).
Kerusakan jalan Trans Sulawesi sudah seringkali disampaikan Pemkab Konut pada Balai Jalan Nasional. Sayangnya, pihak Balai hanya memberikan janji perbaikan tanpa ada aksi nyata. Hal ini pula yang membuat Bupati Konut, Ruksamin kesal. “Kerusakan jalan paling parah sebenarnya masuk di wilayah Konawe. Hanya saja, paling merasakan dampaknya warga kami. soalnya mereka juga melakukan aktivitas perekonomian di luar konut, misalnya di Konawe dan Kendari,” jelasnya.
Sekretaris Komisi II DPRD Konut, Safrin meminta agar Pemrov Sultra sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat harus tegas dengan persoalan kerusakan jalan di Desa Paku Jaya Kecamatan Morosi. Jangan dibiarkan masyarakat menjadi korban akibat proyek jalan yang tidak terselesaikan.