Hanya saja dia menegaskan, total kelebihan guru ini dilihat dari kebutuhan per mata pelajaran yang ada berlebihan gurunya. Tapi di satu sisi mata pelajaran lain kekurangan guru.
Dia melanjutkan, sistem redistribusi guru yang sebelumnya mengacu pada data keadaan guru, mempertimbangkan zonasi. Kebijakan zona ini, kata Setiawan, tidak hanya terkait pada penerimaan peserta didik baru (PPDB). Tetapi juga terkait dengan distribusi guru dan sarana prasarana sekolah.
“Jadi target pertama soal distribusi guru ini pertimbangannya, misalnya bagi guru yangg masih jomlo (bujang). Itu target pertama, bisa ditempatkan dimana saja yang dinilai membutuhkan guru berdasarkan kebutuhan guru per mata pelajaran,” beber Setiawan, kemarin.
Namun, jika guru bersangkutan sudah berkeluarga, maka proses mutasinya dipertinbangkan pada lokasi sekolah terdekat dengan tempat tinggalnya. “Kalau (gurunya) di Makassar, mungkin (dimutasi) di Gowa, Maros, Pangkep, sekitar itu,” ungkapnya.
Dia menuturkan, data keadaan guru ini masih terus diperbaharui. Yang agak sulit, soal pendataan guru di SMK, karena memiliki spektrum keahlian yang cukup banyak. Meski begitu, data keadaan guru terbaru bisa diharapkan bisa rampung bulan ini, baik itu SMA/SMK/SLB, tidak hanya sekolah negeri, tapi juga swasta.
“Dengan begitu kita bisa memetakan kebutuhan guru sebenarnya. Kita memang lagi menunggu data akhir terkait keadaan guru karena dinamis ki ini pergerakannya. Yang jelas dalam kerangka distribusi guru itu maka filternya kita memindahkan guru supaya terdistribusi dengan baik, maka kita lihat data keadaan gurunya,” paparnya.
Untuk SMK, Setiawan belum bisa memastikan jumlah angka pastinya. Namun dibeberkan, secara umum SMK banyak kekurangan guru. Apalagi sudah banyak yang pensiun, sementara belum ada lagi pengangkatan guru hingga saat ini.