FAJAR.CO.ID, WATAMPONE -- Nasib guru-guru honorer untuk mencapai jenjang kesejahteraan di Kabupaten Bone masih cukup memprihatinkan. Gara-gara tak ditampung dalam formasi khusus K2 untuk penerimaan CPNS, mereka semakin kehilangan semangat mengajar.
Kekecewaan itu diwarnai dengan aksi mogok mengajar di sejumlah sekolah. Total sekira 700 guru honorer yang ada di Kabupaten Bone. Sebagian besar mogok mengajar untuk memperjuangkan nasib mereka sebagai abdi pemerintah. Apalagi, status sebagai Kategori 2 (K2) sudah lama diemban dengan penuh tanggung jawab.
Salah satu guru SMPN 7 Libureng, Nurhayati mengakui, banyak kawan-kawannya sesama guru honorer yang memutuskan mogok mengajar. Semenjak keputusan penerimaan CPNS dianggap berat sebelah, mereka berupaya untuk meminta pemerintah mengkaji ulang. Khususnya, persyaratan yang membatasi usia para honorer yang bakal diangkat sebagai CPNS.
"Masih (sebagian mogok mengajar di Bone). Kalau saya (di SMPN 7 Libureng), guru memang cuma ada tiga orang dengan jumlah 9 kelas," beber Nurhayati.
Ia pun menceritakan, jarak tempuh perjalanan untuk mengajar di tempatnya juga bukan perkara mudah. Pasalnya, mereka harus melalui jalanan terjal di Puncak Lappakunrung yang sering mengalami longsor. Jarak tempuh bisa mulur hingga empat jam.
Oleh karena itu, ia menganggap mogok mengajar di tempatnya nyaris tidak ada perbedaan. Kondisi mereka sebagai tenaga honorer juga jarang diliring pemerintah. Bahkan, gajinya yang hanya Rp350 ribu pun belum terbayar untuk triwulan ketiga.
"Mogok tidak mogok sama karena satu guru menangani enam kelas per hari," imbuhnya.
Sementara itu, pengurus Forum Honorer Kategori 2 (FHK2I) Bone, Fauzia mengakui aksi mogok mengajar tersebut sebagai bagian dari solidaritas sesama guru. Itu untuk mendukung para guru honorer yang terbang ke Jakarta memperjuangkan revisi UU ASN agar mereka diakomodir dalam penerimaan CPNS tahun ini. (mam)