Takut Gempa dan Tsunami, Dua Negara Batal Hadiri F8

  • Bagikan
“Daerah rawa yang ditimbun berpotensi untuk terjadi likuifaksi, karena ada air yang terjebak di bawah tanah. Kalau misalnya kena getaran atau ada mungkin rembesan, air itu bisa naik ke atas. Mungkin tahun 80-an rawa kemudian ditimbuni,” jelasnya. Dia menyebut daerah rawa yang ditimbun tidak terlalu memperhatikan ketentuan yang berlaku, misalnya timbunan hanya ditumpah begitu saja tapi tidak dites kekuatannya. Lambat laun seiring dengan waktu, kalau ada apa-apa, misalnya terkena getaran atau terlalu jenuh dengan air, kemudian airnya dibawah tidak bisa lari ke mana-mana, suatu saat bisa jenuh juga dan terjadi likuifaksi. “Kita berharap, di Makassar, daerah-daerah yang dimaksud, pada saat diitimbun sudah diperhatikan kalau kandungan airnya tidak ada lagi,” tuturnya. Lebih jauh dia mengemukakan, menurut penelitian, Pulau Sulawesi bagian selatan, seperti Makassar, tidak dilewati jalur gempa seperti yang ada di Palu. Jadi posisinya cukup aman. Namun masyarakat harus tetap waspada karena getaran gempa yang terdekat, bila terjadi bisa dirasakan di Makassar. Secara umum di Sulsel, yang ditakutkan sekarang sebenarnya adalah ekstensi atau perpanjangan dari sesar Palu-Koro yang mengakibatkan gempa Palu. Eksistensinya sampai di bagian tenggara sesar Matano di Soroako. “Dan itu terbukti dua hari yang lalu ada gempa kecil di Soroako. Yang kita sekarang berdoa supaya gempa yang terjadi di Palu sudah habis energinya. Kalau sudah habis, tentu dia akan mencari jalur-jalurnya itu supaya keluar dia punya energi. Makanya terjadi gempa-gempa kecil. Tapi kalau sudah gempa besar, akan diikuti gempa berikutnya sampai energinya habis keluar,” pungkasnya. (nug-rhm/bkm/fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan