Banyak cerita dalam Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun ini. Seperti tes CPNS yang diikuti salah seorang pendaftar difabel, Kasmir.
Nugroho Nafika Kassa (BKM), MAKASSAR
SEHARI-HARINYA Kasmir yang tuna netra adalah seorang guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yapti, Jalan Pierre Tendean, Makassar. Statusnya sebagai tenaga honorer. Sudah lima tahun lamanya. BKM menemui Kasmir di tempat mengajarnya, Kamis (1/10). Ternyata, ia memiliki istri yang juga bekerja di SLB Yapti. Namanya Riska. Juga seorang difabel. Penyandang low vision, atau pandangannya yang tidak bisa jauh. Tiap harinya, mereka berdua berangkat bersama-sama dari rumahnya di Jalan Teuku Umar menuju SLB. Kadang berjalan kaki. Biasa menumpang bentor. Sesekali naik transportasi daring. Di Makassar, mereka mengontrak rumah. Kasmir asli Luwu. Riska asli Sinjai. Bermukim di sebuah rumah semi beton dan kayu hanya berdua. Sejak SMP, Kasmir sudah dibawa ke Makassar oleh keluarganya untuk bersekolah di SLB tempatnya mengajar sekarang. Ia diasramakan khusus. Hingga akhirnya bisa menyelesaikan kuliahnya di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar di Jurusan Pendidikan Agama Islam. “Alhamdulillah, di keluarga saya dipandang seperti yang lainnya. Tidak dibeda-bedakan. Kalau tidak didukung, tidak mungkin saya bisa menyelesaikan kuliah. Karena semua biaya orang tua yang tanggung,” kata anak ketiga dari delapan bersaudara ini. Namun, ayah Kasmir kini sudah tiada. Hanya tinggal ibunya saja yang masih merawatnya hingga selesai kuliah.