Agus Anwar Moka: Penyambung Hati Masyarakat Jeneponto

  • Bagikan
Panggilan hati nurani, keprihatinan dan kepedulian atas lambannya pembangunan di Kabupaten Jeneponto membuat Agus Anwar Moka terjun ke dunia politik. Menurut putra Asli Jeneponto ini, ada fenomena yang memprihatinkan dalam kurun waktu panjang karena selama ini Kabupaten Jeneponto tercatat sebagai penyumbang suara besar dalam kancah pemililah legislatif, namun sama sekali belum pernah menempatkan wakil putra asli daerahnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). “Coba bayangkan, saat ini Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Jeneponto ada 226 ribu, namun sama sekali tak punya wakil di pusat”, ujar Agus Anwar Moka, Kamis (28/2/2019). Sekilas, menurut pria yang karib disapa Moka ini, persoalaan tersebut terlihat sederhana, namun bila ditelaah lebih jauh sangat memiliki urgensi yang besar karena kerekatan emosional antara putra daerah dan yang bukan putra daerah sangat berbeda. Selama berpuluh-puluh tahun, imbuh Moka, pemilih Jeneponto menjadi penyumbang suara besar untuk menempatkan wakil legislatifnya, namun ekonomi Jeneponto bisa dikatakan hanya berjalan di tempat. “Untuk mengubah itu, mau tak mau, Jeneponto harus punya wakil putra daerah di DPR agar trasformasi dan gerak pembangunan bisa dipercepat. Ini hanya bisa dilakukan ketika Jeneponto punya wakil yang memiliki keretakat emosional kuat dengan kampungnya”, kata Moka. Gayung bersambut, partai Gerindra yang dinilai punya visi-misi kuat dalam membangun daerah dan menempatkan putra-putra daerah mengajak Moka bergabung dan menempatkan dirinya sebagai Calon Legislatif (Caleg) Partai Gerindra di Dapil 1 yang meliputi wilayah Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Selayar dengan nomor urut 5. Menurut Moka, banyak persoalan yang selama ini terabaikan dari pembangunan, khususnya di Jeneponto karena paradigma anggota dewan pusat yang menjadi wakil di Jeneponto sama sekali tidak memahami karakter permasalahan di daerah ini. Perputaran ekonomi yang terbangun demikian lamban dan hanya sekadar pemenuhan proyek semata. Padahal potensi Kabupaten Jeneponto tidak sedikit. “Misalnya pabrik batu bata (merah -red). Selama ini Jeneponto menjadi penyumbang pembangunan infrastruktur yang memggunakan batu bata mulai dari Makassar, Gowa hingga Maros. Namun yang teknologi pengeringan sama sekali belum terbangun. Cara pengeringan masih sangat manual dan cenderung merusak alam karena terjadi pambabatan hutan untuk lokasi pengeringan. Padahal Jepang sudah memiliki teknologi tersebut. Mengapa kita tidak memanfaatkannya”, ujar pria Alumni Teknik Universitas Muslim Indonesia Ini. Demikian juga Jagung yang menjadi komoditas andalan Jeneponto, kata Moka, selama ini hanya dijadikan makanan jajanan tanpa ada sentuhan nilai tambah yang spesifik dan langsung menyentuh perputaran ekonomi rakyat di Jeneponto. Demikian pula dengan pendidikan yang nyaris tak berkembang di Jeneponto. “Inilah yang dulu membuat saya pulang kampung dan membangun kampus di Jeneponto”, kata pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) YAPTI ini. Persoalan yang lain Moka melanjutkan, karena tak ada putra asli daerah di DPR pusat, maka pemerintah daerah sangat kewalahan dalam memperjuangkan rencana pembangunan daerahnya di Jakarta. “Tidak ada link yang kuat dan tak ada wakil rakyat yang benar-benar peduli akan Jeneponto sehingga terkadang alokasi anggaran dialihkan ke daerah lain. Ini yang terjadi”, tandasnya. Terkait politik uang (money politik), Moka mengatakan, masyarakat harus rajin-rajin dijelaskan bahwa pemberian uang untuk membeli suara tersebut hanya menyenangkan sesaat, namun menyengsarakan masa depan mereka. “Karena niat membeli suara itu sudah menunjukkan ketidakpedulian calon tersebut pada daerah yang diwakilinya. Dan ketika mereka terpilih maka pasti yang dipikaran mereka bukan kesejahteraan rakyat daerah namun kesejahteraan perut mereka sendiri”, tegasnya. Keterpanggilan karena kepedulian akan daerah sendiri adalah kunci bagaimana daerah tersebut bisa berkembang. “Dan itu hanya bisa dilakukan bila kita punya keterikatan emosional dengan rakyat dan daerah tersebut”, pungkasnya. (*)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan