Panen Melimpah, Pemerintah Siap Jaga Stabilitas Harga Jagung Petani

Jakarta - Sejak Februari lalu, sejumlah sentra jagung mulai memasuki masa panen. Beberapa daerah di Pulau Jawa saat ini sedang memasuki panen raya yang cukup besar, seperti di Kabupaten Lamongan, Tuban, Blora. Begitupun sejumlah wilayah di provinsi lain seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri mengungkapkan panen jagung yang melimpah pada periode Februari - Maret ini perlu diantisipasi secara seksama. “Kita tidak bisa pungkiri adanya kekhawatiran para petani jagung. Panen melimpah seperti ini berpotensi membuat harga jagung anjlok,” ungkap Boga dalam keterangan pers, Selasa (5/3).
Kementan akan terus berkoordinasi dengan Bulog untuk mendorong penyerapan jagung di tingkat petani. Berdasarkan Peraturan Kementerian Perdagangan (Permendag) Nomor 58 Tahun 2018 Tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, harga pembelian pemerintah (HPP) untuk komoditas jagung senilai Rp 3.150 per kilogram.
“Menteri Pertanian dalam banyak kesempatan meminta Bulog untuk siap dan siaga menyerap gabah maupun jagung. Salah satu tujuannya agar harga di tingkat petani tetap stabil. Sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaga semangat petani,” terang Boga.
Karena itu, Boga menyampaikan secara khusus apresiasi terhadap kerja cepat Bulog dalam menyerap jagung hasil petani pada masa panen raya kali ini. Perum Bulog mulai menyerap jagung hasil produksi petani dalam negeri sebanyak 110.000 kilogram dengan harga di atas acuan yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp3.150 per kilogram. Penyerapan jagung dilakukan oleh Bulog Divisi Regional (Divre) Lampung sebanyak 11.000 kg dan oleh Bulog Subdvire Bojonegoro sebanyak 100.000 kg.