Jangan Lupa Berburu Tais Belu Saat Konser Perbatasan Atambua 2019

Tais Belu bermotif kecil dan abstrak. Sebagai gambaran, kaum pria lebih identik dengan Tais bermotif garis vertikal. Ini sebagai makna dari tanggung jawab sebagai kepala dari sebuah keluarga. Namun bila dilihat dari jenisnya, Tais Belu terbagi Surolos, Nee Latek, dan Foit. Untuk Surolos adalah tenunan biasa putih polos. Tais Nee Latek berbentuk tenun hitam putih.
“Ada beragam jenis Tais yang dihasilkan. Mulai dari selendang, kain, hingga berbentuk sarung. Semua bentuk yang ditawarkan unik. Yang jelas, wisatawan juga bisa belajar singkat cara membuat Tais yang luar biasa ini,” tutur wanita yang biasa disapa Kiki itu.
Untuk jenis Tais Foit, terdiri atas 4 varian. Sebut saja tenun cungkil Dadonan Mesak (Cungkil 1 Lidi), Oa Tonan Rua (Cungkil 2 Gigi), dan Amarasi dengan Motif Isin (Mata Tombak). Ada juga Tais Foit Karau Ukur (Tanduk Kerbau) dan Tais Marobo atau motif Sasuit (Sisir).
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani mengatakan, Tais Belu warisan terbaik.
“Mengekplorasi Tais Belu tentu menjadi experience terbagi para pengunjung KMPA 2019. Wisman bisa mendapatkan banyak pengetahuan baru dari kain legendaris ini. Tais Belu merupakan warisan terbaik. Sentra-sentra perajin Tais Belu juga tidak jauh dari venue KMPA 2019,” kata Ricky.
Sukses bertahan hingga saat ini, pembuatan Tais Belu tetap menggunakan metode tradisional. Tenun tersebut bahkan tetap menganut konsep eco-fashion. Pewarnaannya saja masih dilakukan secara alami. Komposisi pewarnaan dihasilkan dari daun jati, batang mahoni, traum (indigo vera), daun suji, kunyit, dan akar mengkudu.