FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Generasi Alfa, sebuah generasi di abad ke-21 dimulai dari tahun kelahiran 2010- dimana mayoritas ialah anak dari generasi Millenial atau generasi Y. Pada generasi ini, perkembangan teknologi menjadi salah satu ciri khas bersamaan dengan tumbuh kembang seorang anak.
Berdasarkan studi dari The United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF, 2018) yang berjudul ‘Early Moments Matter’ dikemukakan bahwa pada tahun-tahun pertama kehidupannya, neuron di otak manusia membentuk koneksi baru dengan kecepatan "mengejutkan" 700-1.000 per detik suatu kecepatan yang tidak pernah terulang lagi.
Koneksi ini adalah blok bangunan masa depan anak dari proses tumbuh kembangnya. Anak-anak yang melakukan permainan imajinatif dengan memainkan peran-peran tertentu dapat menghadapi tantangan dengan lebih baik di kemudian hari.
Psikolog pendidikan dan pendiri Rumah Dandelion, Binky Paramitha mengatakan permainan imajinasi mulai muncul di usia 18 bulan, semakin komplek dan sering dilakukan ketika anak berusia 3 tahun. "Anak mengembangkan ketertarikan pada dunia orang dewasa dan ingin menjadi bagian dari dunia tersebut," ujar Binky pada temu media di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (6/3).
Salah satu tokoh yang banyak meneliti tentang permainan imajinasi adalah Vygotsky. Menurut Vygotsky, saat melakukan permainan imajinasi, ada tiga komponen yang perlu anak lakukan: (1) menciptakan situasi imajinasi, (2) menetapkan suatu tokoh/karakter dan memerankannya, (3) mengikuti aturan-aturan tertentu untuk memerankan tokoh/karakter dengan baik.
"Permainan imajinasi menekankan pada nilai bermain dengan boneka dan tokoh aksi mainan," lanjut Binky.
Bentuk permainan ini kata Binky mendorong anak-anak untuk belajar bagaimana berinteraksi secara sosial dan mengembangkan isyarat sosial dengan bereksperimen dengan kontak mata, menggunakan nada dan emosi yang berbeda.
Anak-anak juga belajar melakukan percakapan, yang mereka lakukan dengan berbicara dengan boneka dan tokoh aksi mereka dan membayangkan tanggapan.
"Bermain dengan tokoh-tokoh aksi juga membantu membangun harga diri, karena setiap anak bisa menjadi pahlawan hanya dengan berpura-pura," ujarnya.
Berbagai manfaat dalam bermain imajinasi pada anak diantaranya: meningkatkan aspek kognitif, kemampuan berbahasa, serta kemampuan anak mengoptimalkan aspek sosial emosional pada dirinya.
Permainan imajinatif memiliki dampak terbesar pada pengembangan keterampilan kunci yang penting bagi keberhasilan anak-anak dengan teman sebaya. Saat bermain kreatif dengan teman-teman mereka, anak-anak belajar untuk bekerja sama dan berkompromi.