Pola Asuh yang Salah Sebabkan Anak Alami Masalah Gigi

FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Meskipun 90% dari orangtua di Indonesia mengaku bahwa anak-anak mereka sudah menyikat gigi dua kali sehari, namun 24% dari mereka memperbolehkan anak-anaknya untuk terkadang melewatkan sikat gigi pada malam hari bahkan 21%nya menjadikan hal ini sebagai sebuah bentuk reward.
Belum lagi, 79% dari orangtua juga menyebutkan bahwa mereka baru mengajak anak mengunjungi dokter gigi saat masalah sudah timbul, bukan sebagai kunjungan rutin yang seharusnya dilakukan minimal 6 bulan sekali. Hal ini akhirnya menyebabkan anak-anak menjadi lebih rentan untuk mengalami sakit gigi.
Dampak ini terlihat pada hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dirilis beberapa waktu lalu. Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp.BM (K), MM selaku Ketua PB PDGI menjelaskan saat ini, secara nyata gigi berlubang masih menjadi masalah besar bagi kesehatan gigi dan mulut anak Indonesia.
Data Riskesdas 2018 menujukkan bahwa hanya 2,8% masyarakat berusia tiga tahun ke atas yang sudah memiliki perilaku menyikat gigi dua kali sehari, yaitu pagi dan malam. Hal ini yang antara lain menyebabkan 90,2% anak Indonesia berumur 5 tahun memiliki masalah gigi berlubang, dengan indeks dmf-t atau jumlah rata-rata kerusakan gigi sebesar 8,1.
"Di kelompok usia selanjutnya yaitu anak berusia 12 tahun, terlihat data yang agak membaik dimana 72% dari mereka mengalami masalah gigi berlubang dengan indeks DMF-T sebesar 1,9," kata drg. Seno.
Namun, kondisi ini kembali memburuk di kelompok usia dewasa, yaitu usia 35-44 tahun. Dilaporkan bahwa 92,2%nya memiliki masalah gigi berlubang, dengan indeks DMF-T sebesar 6,9. Data lain juga menyebutkan bahwa dari 57,6% penduduk Indonesia yang mengakui mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut, hanya 10,2% dari mereka yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis.