Meutya Hafid: Debat Terakhir, Ajang Jokowi Tebar Optimisme

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID--Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi- Ma’ruf Amin, Meutya Hafid meyakini debat terakhir calon presiden dan wakil presiden, akan menjadi sarana bagi pasangan nomor urut 01 untuk menebar narasi-narasi yang penuh optimisme dan inspiratif. Menurut Meutya, debat terakhir yang akan membahas isu perekonomian dan kesejahteraan itu memberi keuntungan besar pada Jokowi. Sebab selama ini, Jokowi sudah memberi bukti. Sebaliknya calon lain baru pada tataran janji yang masih berada di ruang imajiner. “Sedangkan Pak Jokowi sudah membuktikannya. Kita bisa melihat secara seksama di sekitar kita bagaimana infrastruktur penunjang ekonomi kerakyaatan dibangun. Kita juga bisa melihat sejumlah program yang telah diluncurkan presiden Jokowi terkait kesejahteraan masyarakat, seperti dana kesehatan, sekolah, dan dana desa. Lagi-lagi ini bisa dibuktikan, bukan sekadar diucapkan,” kata Meutya, Selasa (9/4). Segala pembuktian soal kinerja di sektor kesejahteraan dan ekonomi ini juga ditunjang rencana jangka panjang Jokowi, yakni mempersiapkan pembangunan manusia lewat tiga program utama, yakni Kartu KIP Kuliah, Kartu Sembako Murah, dan Kartu Pra Kerja. Ketiga program itu, jelas Muetya, adalah bentuk kesinambungan dari program yang telah berjalan di periode pertama pemerintahan Jokowi. Ketiga program itu juga merupakan program yang bisa diukur dan segera dirasakan manfaatnya selepas Jokowi dilantik sebagai presiden di periode kedua pemerintahannya. Tiga program itulah yang selama ini disosialissasikan Jokowi sepanjang kampanye terbuka. “Dalam debat nanti pula kita dapat melihat bagaimana program paslon 01 jelas manfaatnya, realistis pelaksanaannya, dan terukur hasilnya,” kata Meutya. Di saat calon lain terus berbicara tentang pesimisme, lanjut Meutya, Jokowi akan terus menebar optimisme pada debat terakhirnya. Sebab, lanjut Meutya, bekal semangat dan optimisme seorang pemimpin akan menjadi contoh bagi rakyatnya. “Jokowi adalah pemimpin yang memberi contoh bagaimana kerja keras dengan optimisme dan semangat bisa mengantarkan keberhasilan. Dengan semangat dan usaha keras, seorang pria pernah tinggal di pinggiran kali di Kota Solo bisa menjadi presiden Republik Indonesia. Inilah contoh nyata dari Jokowi yang penuh semangat dan optimisme,” kata Meutya. Sebaliknya, pemimpin yang menebar pesimisme dan narasi negatif justru mencerminkan contoh yang tidak baik bagi rakyat. “Tak ada negara maju yang dibangun dengan narasi pemisme. Maka itu, kita pilih pemimpin yang gemar menebar optimisme untuk membawa Indonesia sebagai negara maju,” kata Meutya. (jp)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan