Menjenguk Bu Ani

  • Bagikan
Tidak terbayangkan seorang mantan presiden negara sebesar Indonesia tidur seperti itu. Demi Bu Ani-nya. Barulah ketika anak atau menantu beliau di Singapura, Pak SBY bisa tidur di apartemen. Namun, anak-menantu itu kini lagi sibuk-sibuknya. Pemilu sudah begitu dekat. Beliau puas dengan penanganan di rumah sakit ini. Tidak hanya mampu. Pun menanganinya dengan hati. Dengan penuh sayang. Protokol medis yang diterapkan pun diambil dari protokol terbaru dunia. Yang baru diintroduksi Januari tahun ini. Termasuk protokol bagaimana melakukan kemoterapinya. Pak SBY akan terus menunggu Ibu Ani di rumah sakit ini. Termasuk ketika pemilu nanti. Biarpun awalnya saya berharap beliau ada di Jakarta. Agar bisa ikut jadi penengah. Kalau terjadi apa-apa di pemilu nanti. Inilah pemilu yang paling keras. Beliau pun lantas banyak bicara tentang pilpres. Juga bagaimana dalam sejarah masa lalu militer selalu bisa menempatkan diri secara pas. Pun kali ini. Harapan beliau begitu. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi. Yang kali ini, kata beliau, dua-duanya sangat mungkin terpilih. Tak terasa sudah hampir 50 menit kami di ruang itu. Kami pun pamit. Pak SBY masih sempat menyenangkan tamunya lagi. Diceritakanlah siapa saya. Kerja saya. Dan adanya pihak yang, ehm...saya. Beliau pun berharap segera bisa saling kontak lagi. Kalau bisa tiga hari sebelum pemilu. Sekali lagi saya pamit. Saya cium lama tangan beliau. Seperti biasa. Seperti kepada siapa pun yang saya anggap senior. Istri saya kian terlihat berlinang air mata. Sambil terus berdoa untuk Bu Ani. (***)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan