Ekofeminisme Perempuan dan Bumi

  • Bagikan
Tugas manusia adalah menjalankan amanat perwalian atas bumi sebaik mungkin, dengan potensi akal yang telah diberikan Tuhan. Akal adalah tanda derajat kemulian manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Amanat kedua sebagai konsekuensi kehalifahan tersebut adalah tidak melakukan berbagai kerusakan dimuka bumi. Maka, manakala manusia melakukan sebuah perilaku merusak atas lingkungan, eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, sejatinya ia telah melakukan satu ecoside (bunuh diri lingkungan). Sebagai khalifah di bumi, seorang perempuan selalu memperhatikan lingkungannya dan akan mengajak keluarganya untuk memperbaiki pola hidup untuk ramah lingkungan. Peran perempuan dengan kepeduliaan yang tinggi memperhatikan lingkungan dan keberadaannya sebagai mitra sejajar manusia dalam menjalankan perannya di muka bumi dan bagi keberlangsungan seluruh aspek kehidupan, serta menjadi pola hidup yang memperhatikan lingkungan. Vandana Shiva, seorang dokter asal India, mengatakan ada kesamaan-kesamaan atas perempuan dan alam. Dalam perkembangannya, ekofeminisme dimuati oleh nilai-nilai spiritual dan teologis dari tradisi-tradisi besar agama dunia serta kearifan budaya lokal yang ada dalam peradaban manusia. Amanat Ibu Kartini tentang kesetaraan peranan perempuan dan pria, maka sudah saatnya kaum perempuan Indonesia berperan dan melakukan aktivitas yang lebih jauh dari membahas isu-isu lokal kepada isu-isu global, yaitu penyelamatan lingkungan hidup dari kerusakan yang semakin parah. Jika aktivitas seperti Gerakan Green Peace dianggap melebihi kemampuan fisik kaum perempuan, dan hanya dapat dilakukan oleh perempuan tertentu yang tangguh, kaum perempuan Indonesia kebanyakan dapat memulai peran sebagai penyelamat lingkungan dengan hal-hal yang tampak ringan dan tidak menguras aktivitas fisik dan stamina yang terlalu besar. Salam konservasi, salam lestari bumiku. (*)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan