Bunda Saffanah: Perempuan Hanya Raga, Semangat yang Menentukan

  • Bagikan
Bunda Saffanah dulu pernah jatuh karena tumpukan hutang hingga Rp2 miliar. Berkali-kali wanita ini berpikir akan mati atau masuk penjara karena hutang. Namun akhirnya dia berhasil bangkit. Oleh: Akbar Hamdan Berawal dari tiga kilo gram tepung dan sepuluh butir telur, Saffanah beserta suami dan anak-anaknya berjualan kue-kue kecil. Kini, usahanya menjelma menjadi toko kue branded dengan aset miliaran rupiah. Apa yang menjadi resep keberhasilannya? Yang pertama adalah doa orang-orang miskin di sekitarnya. Saat usahanya masih berkembang, putri almarhum Haji Andi Amiruddin Puang Solong Saffanah ini merancang arisan yang disebutnya sebagai arisan sedekah. Awalnya arisan ini diikuti 80 orang. Mereka adalah pedagang-pedagang kecil di sekitar tokonya. Rata-rata perempuan yang hidup miskin. Dia sisihkan laba usahanya sebesar Rp 500.000 setiap hari. Siapa pun yang naik namanya, akan mendapatkan sedekah tersebut sebagai modal usaha. Arisan ini bukan digelar setiap bulan seperti kebanyakan arisan. Tapi setiap hari. "Setiap kali arisan diumumkan, mereka menangis dan mendoakan kami agar rezeki dilimpahkan. Setiap saya masuk ke pasar, mereka begitu senang. Itu yang membuat saya semakin bersemangat," ujarnya. Saffanah lalu memutuskan untuk menambah lagi jumlah anggota arisan sedekah ini. Dia meminta untuk mendata kalangan terdekat, terutama keluarga dan teman yang hidup susah. Jumlahnya kini mencapai ratusan orang. Dan begitulah, setiap hari selalu terdengar tangisan haru dari mereka yang beruntung mendapatkan modal secara cuma-cuma.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan