Menikahkan Kembali Pembaca dan Penulis

(Dalam rangka Hari Buku Sedunia, 23 April 2019)
Oleh: Rachmat Faisal Syamsu (Koordinator Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran UMI, Makassar)
LEMBAGA survei Internasional, Programme for International Student Assessment (PISA) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia, mengeluarkan hasil penelitian tentang kepedulian dan minat masyarakat Indonesia akan membaca dan menulis.
Dari penelitian tersebut digambarkan bahwa peringkat Indonesia sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami penurunan dibandingkan negara-negara lain di dunia. Pada tahun 2000 Indonesia berada diperingkat 39, tahun 2003 tetap diperingkat 39, tahun 2006 turun peringkat ke 48, tahun 2009 turun peringkat ke 57, dan tahun 2012 turun lagi keperingkat 61 dari total 65 negara.
Pada 9 Maret 2016 lalu, Central Connecticut State University asal Amerika Serikat, merilis data bertajuk World's Most Literate Nations Ranked, dimana Indonesia berada diperingkat 60 dari total 61 negara. Indonesia hanya berada diatas Negara Botswana. Adapun negara yang menempati peringkat 5 besar, menurut data tersebut secara berturut-turut adalah, Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia.
Penyebab Rendahnya Minat Baca dan Tulis Menurut Pustakawan Utama Republik Indonesia (RI), rendahnya minat membaca dan menulis disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah tingginya penggunaan internet di tengah masyarakat yang saat ini seakan sudah menjadi kebutuhan primer.
Menurut data Perpustakaan Nasional, sebanyak 132,7 juta orang di Indonesia pada tahun 2016 tecatat sebagai pengguna internet, atau hampir 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Ini membuat masyarakat beralih ke era digital, sehingga sangat jarang lagi berinteraksi dengan kumpulan kertas-kertas pada buku, atau memegang pena untuk menulis.