Tarrant – Felix – Owens

Nama lama 'rumah' Felix adalah PewDie. Diambil dari kegemaran ya main game. Terutama tembak-menembak.
Pew adalah bunyi tembakan. Menurut telinga orang Swedia. Mirip 'dor' di telinga kita. Atau 'bang' di telinga orang Amerika.
Die adalah hasil tembakan itu: mati. Nama PewDie bisa diartikan: Dor! Mati!
Suatu saat Felix lupa password rumahnya itu. Terpaksa ia bikin 'rumah baru'. Kebetulan ia suka makanan pie. Jadilah: PewDiePie.
Tarrant tidak hanya menyebut nama PewDiePie di manifestonya. Aksi pembunuhan massalnya itu disebutkan terinspirasi oleh Candace Owens. Seorang wanita muda Amerika. Yang, anehnya, kulit hitam.
Umur mereka sepantaran. Tarrant, Felix dan Candace adalah anak muda 28-29 tahunan.
Owens juga tidak lulus universitas di kota kelahirannya: Stamford, Connecticut. Semula dia ambil mata kuliah jurnalistik.
Sebelum lulus Owens sudah bisa diterima bekerja di majalah wanita Vogue. Waktu SMA Owens jadi korban bully. Yang bersifat rasialis.
Dia telusuri sumber bully itu. Ternyata anak wali kota Stamford.
Owens dengan bantuan seorang pengacara menggugat sang walikota. Dianggap gagal melindungi warga kotanya. Owens pun mendapat ganti rugi hampir Rp 500 juta.
Sejak itu Owens menjadi lebih aktif di medsos. Membela para korban bully. Namanya jadi terkenal. Dia bikin website yang isinya daftar pem-bully. Dan menyerang mereka.
Owens lantas juga masuk ke isu-isu politik. Setahun sebelum Pilpres 2016, isi website Owens masih pro-Demokrat. Masih anti-Trump. Antikonservatif. Bahkan berani mendoakan agar Tea Party segera mati.