Pemilu Kali Ini Paling Brutal

  • Bagikan
Direktur Eksekutif Nagara Institute, Akbar Faizal
Di situ puncak kerusakan proporsional terbuka. Partai-partai akhirnya hanya memikirkan aspek elektabilitas semata. Mencari sosok caleg pendulang suara dan bukan pada kualitas. Kasihan negara akhirnya, DPR sebagai lembaga terhormat hanya menampung kualitas legaslatif semacam itu. Dan ini kerugian bagi negara. Kita bisa menebak ranah berpikir mereka yang sangat lokal konten itu. Seberapa penting cakrawala berpikir yang Anda maksud? Sangat penting. Anda bayangan kalau seorang ibu rumah tangga lalu di hadapkan pada konsep kenegaraan. Ini legislatif, sebuah tempat di mana pergulatan pikiran terbaik untuk negeri ini dan parlemen tempat di mana undang-undang untuk bangsa ini digodok. Mengapa Anda seperti sangat terpukul dengan pemilu 2019 ini? Bukan terpukul. Saya muak. Sejak awal saya sudah menduga hasilnya akan seperti ini. Saya sebenarnya tidak mau bicara lolos atau tidak lagi. Sudahlah. Saya hanya mau konsentrasi meluruskan sistem perpolitikan ini ke depan. Bagi saya ini sudah sangat memuakkan. Dengan sistem ini kita akhirnya menjadikan masyarakat sangat brutal dalam mengambil keputusan politik di bilik suara. Ini harus diluruskan dan diperbaiki. Apa yang salah dari sistem proporsional? Lalu apa memungkinkan ke proporsional tertutup? Ada banyak alternatif jika kita memakai sistem proporsional tertutup--Ini kan soal keputusan internal partai saja--Misalnya ada porsi 30 persen untuk kader senior. Ada porsi sekian persen untuk figur yang diunggulkan dan seterusnya. Anda harus tahu bahwa partai membawa konsep dan gagasan. Konsep dan gagasan inilah yang dielaborasi ke bawah. Omong kosong kalau kader yang tiba-tiba caleg memahami konsep partainya. Jadi ini memang mengerikan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan