Usai Penyerangan Muslim, Sri Langka Berangsur Kondusif

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID, KOLOMBO--Sri Lanka akhirnya melalui malam yang tenang Selasa lalu (14/5). Setelah dua hari berturut-turut ricuh, pemerintah akhirnya berhasil menenangkan massa yang marah terhadap komunitas muslim. Selain mencari provokator, mereka kembali berfokus untuk menyelidiki jaringan teroris di balik serangan Paskah 21 April lalu. Jam malam yang diberlakukan sejak Selasa hingga Rabu pagi (15/5) benar-benar efektif. Tak ada lagi kerusuhan susulan. Meskipun, kaum muslim Sri Lanka, terutama di Provinsi Barat Laut (North West Province), masih resah. Mereka ragu apakah upaya pihak berwenang bisa menekan emosi warga.
"Saudara-saudara kami masih takut untuk keluar," ujar M.I.M. Siddeeque, ulama di daerah Bingiriya, kepada Agence France-Presse.
Senin lalu, dua ribu orang mengamuk di wilayah tersebut dan menghancurkan masjid serta bangunan milik muslim lainnya. Jubir militer Sumith Atapattu menyanggah ketakutan tersebut. Dia meyakinkan situasi sudah terkontrol. Tak ada lagi kekerasan pada malam hari. Melalui rekaman CCTV, mereka melacak satu per satu tersangka yang diduga ikut melakukan kekerasan.
"Sampai saat ini, sudah ada 80 orang yang kami tahan," imbuh Ruwan Gunasekera, jubir kepolisian Sri Lanka.
Dari puluhan orang yang ditangkap, nama Amith Weerasinghe mencuat. Dia adalah salah seorang tokoh komunitas Buddha Sinhala, kaum mayoritas Sri Lanka, yang terkenal dengan paham antimuslim. Dia masih berstatus bebas bersyarat karena kasus serupa yang dilakukan di Distrik Kandy pada Maret 2018.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan