Rencana Amaliyah Pesta Syirik Akbar, Hoaks, dan Masyarakat yang Terbelah

Ancaman itu nyata ada
Ada dua situasi yang sungguh sangat berbeda antara kasus Penistaan agama oleh Gubernur Ahok yang berbuah penjara, dan diikuti Pilgub DKI yang akhirnya memenangkan Anis Bawesdan, dan yang kekinian adalah Pemilihan umum Presiden dan wakil presiden tahun 2019.
Dua perbedaan tersebut antara lain: Pertama, saat Pemilihan gubernur DKI dan lengsernya Ahok beberapa tahun lalu. Demo dan unjuk rasa skala besar kala itu secara simultan terjadi. Pergerakan dimotori oleh berbagai elemen dan ormas agamis. Mereka tumpah ruah di area tugu Monas.
Dalam suasana riuh seperti itu penulis mencoba membuat catatan-catatan guna kecil mencari hubungan tentang adakah peran terorisme dalam pesta demokrasi saat itu (Pilgub DKI). Jujur saat itu penulis sulit mendapatkan referensi yang signifikan. Penulis kemudian mencari tahu dengan berdialog kepada beberapa mantan napi teroris dari lintas generasi. Termasuk diantaranya dialog dengan napi di dalam lembaga pemasyarakatan yang sedang menjalani hukuman. Pertanyaan yang timbul saat itu; Apakah ada kemungkinan kelompok teroris akan melakukan Amaliyah penyerangan atau pengeboman dalam rangka mendukung demo untuk melengserkan Ahok yang dianggap telah menodai agama itu?
Penulis ternganga - ternyata hampir semua mereka target dialog mengatakan "tidak perlu". Bagi kelompok teroris radikalist agama pro kekerasan pada umumnya melakukan amaliyah teror bom dalam kaitannya dengan pemilu itu dianggap sebagai perbuatan yang sia-sia mubazir. Karena kasus pidana Ahok sejatinya terkait thema "lengserkan Ahok." Dan disusul oleh Pemilihan gubernur DKI. Pemilihan Gubernur sendiri adalah bagian dari proses demokrasi Indonesia.