Petugas Lapas, Manusia yang Harus Super

  • Bagikan
Iluastrai Lapas/Dok
”Namun kami tak kurang akal. Kami minta yang menolak untuk minum air sebanyak-banyaknya, sampai kami sediakan air minum segalon,” kisah Evie. Yang dialami Putu sedikit berbeda. Ia pernah menemukan WBP yang secara administrasi adalah laki-laki, namun kenyataan kejiwaannya perempuan. “Itu jelas cukup menyulitkan petugas untuk melakukan pembinaan dan penempatannya, apakah di blok pria sesuai jenis kelamin yang tercantum atau di blok wanita sesuai kenyataan yang tampak,” kata Putu. Pernah pula ia menyaksikan  WBP perempuan yang menjalani pidana dalam keadaan hamil dan akhirnya melahirkan dalam Lapas. Bayi mungil tu, sebagaimana ketentuan, hanya bisa dibesarkan ibunya dalam lapas sampai ia berusia dua tahun. Dalam banyak hal, menjadi petugas pemasyarakatan, baik di Lapas maupun Bapas seolah dituntut menjadi ‘super human’. Paling tidak, dari cakupan kerjanya saja, Balai Pemasyarakatan Bogor, misalnya, harus menangani tujuh wilayah kerja, dari Kota Depok hingga Kabupaten Bekasi dan Sukabumi, meliputi semua Lapas, Rutan, Polresta, Polsek, pengadilan negeri dan kejaksaan negeri di semua tempat itu. Bayangkan! (rls)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan