Neraca Perdagangan Surplus, Saatnya Cari Pasar Ekspor Baru

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia, pada Mei 2019 mengalami surplus sebesar USD210 juta. Kondisi itu lebih baik dibanding neraca dagang April 2019. Saat itu, neraca dagang mengalami defisit USD2,5 miliar. "Banyak konsensus yang memperkirakan bahwa neraca perdagangan Mei defisit. Namun, data menunjukkan kami justru surplus," kata Kepala BPS, Suhariyanto, Senin (24/6). Meski surplus, ada beberapa catatan yang perlu diperbaiki. Yaitu, nilai kumulatif ekspor Januari-Mei 2019 yang mencapai USD68,46 miliar atau turun 8,61 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (YoY).
Dulu Defisit, 2018 Neraca Perdagangan Wortel Surplus
Impor Januari-Mei yang sebesar USD70,60 miliar juga turun 9,23 persen (YoY). Hal itu mengakibatkan lima bulan pertama 2019 neraca dagang defisit USD2,14 miliar. Menurut Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, Indonesia masih punya PR dalam mengendalikan impor dan meningkatkan ekspor. "Kita masih menghadapi perang dagang yang harus kita pikirkan bersama bagaimana menghadapinya," ucapnya. Tantangan ke depan, lanjut Kecuk, adalah mencari pasar baru untuk ekspor dan meningkatkan peranan industri manufaktur berbasis ekspor.
Neraca Perdagangan Pertanian Indonesia 2018 Surplus US$ 10 Miliar
Secara terpisah, Menko Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, surplusnya neraca perdagangan dipengaruhi kenaikan di sektor nonmigas. Meski demikian, Darmin mengakui defisit neraca perdagangan migas masih sangat tinggi. "Walaupun migasnya masih agak besar defisitnya, te bisa ditutup surplus nonmigas," ujarnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan