Narkoba dan Miskinnya Perhatian

  • Bagikan
Oleh: Rachmat Faisal Syamsu (Koordinator Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran UMI Makassar) Setiap tanggal 26 Juni diperingati sebagai Hari Anti Narkotika Internasional (HANI). Hari ini dicanangkan oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) sejak 26 Juni 1988. Di antara tujuan peringatan HANI adalah untuk memperkuat aksi dan kerja sama secara global dalam memerangi Narkotika. Selain itu, melalui peringatan ini, juga mengingatkan masyarakat untuk menghindari penyalahgunaan narkoba, melawan penyalahgunaan obat-obatan, dan penjualan obat secara ilegal. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penyalahgunaan narkotika menyebabkan sekitar 190.000 orang di dunia mati sia-sia setiap tahunnya. Narkotika juga secara nyata dapat memicu kejahatan lainnya, seperti pencurian, pemerkosaan, dan pembunuhan. Presiden juga telah menyatakan bahwa Indonesia berada pada kondisi Darurat Narkoba, karena Indonesia saat ini bukan sekedar tempat transit, tetapi sudah menjadi pasar narkotika terbesar di Asia. Sebagai bentuk Tanggap Darurat Narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga yang dikedepankan dalam penanganan permasalahan narkotika, pada tahun 2016 telah menjalankan program-program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) guna menekan angka prevalensi penyalahgunaan narkotika, khususnya di kelompok anak-anak, remaja, pelajar, dan mahasiswa yang merupakan generasi penerus bangsa. Narkoba dan kecanduan Kecanduan merupakan suatu proses gangguan produksi hormon dopamin. Dimana dopamin adalah hormon pembuat bahagia yang dilepaskan otak dalam jumlah banyak saat kita merasa senang dan puas. Contohnya, saat bertemu dengan makanan, minuman kesukaan kita, bertemu pasangan kita, memenangi sesuatu dalam lomba, dan lain-lain. Apabila kadar dopamin yang dihasilkan oleh otak masih dalam batas normal, maka hal tersebut tidak akan menyebabkan kecanduan. Tetapi saat dopamin yang diproduksi oleh tubuh semakin tinggi, maka hal tersebut dapat mengakibatkan dampak buruk, seperti ketika seseorang mengkonsumsi Narkoba. Narkoba memanipulasi kerja hipotalamus, bagian otak yang bertanggung jawab mengatur emosi dan suasana hati manusia. Narkoba membuat penggunanya merasa sangat bahagia, bersemangat, percaya diri, hingga ‘teler’. Ini adalah akibat dari jumlah dopamin yang dilepaskan otak di luar batas toleransi. Efek membahagiakan ini akan membuat tubuh secara otomatis mengidam, sehingga membutuhkan penggunaan obat yang berulang dan dalam dosis yang lebih tinggi lagi demi memuaskan kebutuhan akan kebahagiaan berlebih tersebut. Penyalahgunaan obat dan zat terlarang yang berkepanjangan akan merusak sistem dan sirkuit reseptor motivasi dan penghargaan otak, dan menyebabkan kecanduan. Narkoba dan miskinnya perhatian Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mulai mengenal, menggunakan, hingga mengalami kecanduan Narkoba, diantaranya adalah, lingkungan, rasa penasaran, pilihan, dan perhatian. Dalam tulisan kali ini, kami mencoba mengangkat faktor perhatian. Perhatian adalah pemusatan pikiran, psikis kepada suatu objek tertentu. Tidak ada seorangpun dari kita yang tidak senang jika diperhatikan, dari siapapun itu, terutama dari orangtua kita. Masalah kemudian akan muncul apabila perhatian yang selama ini pernah kita dapatkan, sekarang menjadi turun, menjadi miskin, bahkan hilang sama sekali. Miskinnya perhatian yang kita dapatkan, menjadi dasar bagi semua faktor lain untuk dilaksanakan. Karena miskinnya perhatian, seseorang akan mencari sesuatu yang baru yang mampu membuat dirinya diperhatikan, membuat dirinya merasa bahagia, membuat dirinya merasa dihargai disana. Orang tua merupakan titik sentral dari semua perhatian. Perhatian dari orang tua akan memusatkan energi positif kepada anak-anak dalam mendukung segala bentuk kegiatan sehari-hari mereka. Orang tua harus menjadi pendengar, pengamat, dan tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Perhatian orangtua merupakan langkah awal untuk membantu mereka tumbuh sehat dan aman dari penyalahgunaan narkotika. Dalam era global sekarang, orang tua dituntut bekerja siang dan malam, sehingga kadang melupakan perhatian kepada anak-anak mereka. Banyak orang tua beranggapan, kecukupan materi adalah hal yang utama untuk diberikan kepada anak, sehingga perhatian mengenai aktivitas sehari-hari dari anak-anak mereka menjadi kurang terkontrol. Inilah yang menjadi awal penyebab munculnya pengenalan kepada Narkoba, munculnya kerusakan. Seperti yang tertuang dalam Kitab Tarbiyatu al-Aulaad Fii al-Islaam, “Anak yatim bukanlah anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tua hingga ia menjadi miskin. Akan tetapi, anak yatim yang sebenarnya ialah seorang anak yang menemukan ibunya yang kurang mendidiknya dan menemukan ayah yang sibuk dengan pekerjaannya.” Semoga dalam momen HANI 2019 kali ini, kita semua terutama para orang tua dalam memberikan perhatian kepada anak-anaknya, mampu berpartisipasi aktif dalam mewujudkan masyarakat Indonesia bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Aamiin. (*)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan