Cetak STNK Dahulu, Cetak Dokter Kemudian

  • Bagikan
Pangkatnya Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu). Jauh dari perwira menengah (pamen), apalagi perwira tinggi (pati). Laporan: IMAM RAHMANTO, Makassar MESIN printer berderit memecah kesunyian pagi-pagi. Aroma tinta menguar di antara sentuhan udara ruangan ber-AC. Blangko dan kertas-kertas sejenisnya bertumpuk di sisi meja. Sebagian masih kosong, menunggu digarap lewat teknologi mesin yang tak pernah libur, barang sehari. Aiptu Jamaluddin sudah sangat familiar dengan pekerjaannya itu. Hampir 30 tahun, ia menggeluti pekerjaan sebagai pencetak STNK. Duduk di belakang komputer, mengisikan nama, hingga mengoperasikan printer. Tak ada yang bisa luput dari pekerjaan di luar kepala itu. Ia sudah paham betul, bagaimana aroma kertas menghalau wewangian seragam polisinya. Di atas kertas itu, ia sudah hafal ragam nama dan angka. Hanya butuh waktu semenit bagi Jamal untuk mencetak selembar Surat Keterangan Nomor Kendaraan (STNK). Kesabarannya sudah teruji selama hampir tiga dekade. Selama itu pula, lelaki kelahiran 1965 silam ini menjalani tugas-tugasnya di lingkup Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat). Ia lebih akrab dengan angka digital ketimbang buruan kriminal. Tiga kantor Samsat di Makassar sudah pernah dicicipinya. Paling lama, Samsat pusat wilayah Mappanyukki, selama delapan tahun. "Saya ditempatkan disini (Samsat Pembantu Pettarani) sejak tahun lalu (2018, red). Pertamanya di Ditlantas, dulu turun lapangan untuk mengatur lalu lintas," tuturnya saat ditemui di Kantor Samsat Pembantu, usai jam kerjanya, Senin, 1 Juli.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan