Cetak STNK Dahulu, Cetak Dokter Kemudian

Konsep dasar melayani sudah diembannya selama puluhan tahun. Akan tetapi, perjalanannya di tiga samsat tak pernah menyentuh label pucuk pimpinan. Paling tinggi, kata Jamal, ia pernah menjabat sebagai Bendahara Penerima (Benma). Setelah itu, ia kembali berurusan dengan cetak-mencetak STNK.
Kendati demikian, ia tak pernah mengeluh. Minimal 200 STNK selalu dicetaknya di Samsat Pembantu, setiap hari. Ia dibantu dua petugas lainnya dalam melakoni rutinitas sehari-hari itu.
"Kalau kita di polisi tidak ada anggapan seperti itu. Kita anggap pekerjaan ini sebagai tanggung jawab. Kita syukuri saja apa yang ada. Apalagi, anak-anak saya juga bisa menerimanya," ungkap lelaki beranak tiga ini.
Masa purna baktinya tersisa empat tahun lagi. Tak ada penyesalan dalam kepalanya. Bagi Jamal, posisi apa pun yang diembannya tetap dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Selama sang istri, Hasriati, bisa tersenyum karena cinta dan anak-anaknya bisa menorehkan cita-cita.
Buktinya, dua anaknya kini sedang menunggu pekerjaan sebagai dokter. Anak sulungnya, Awaluddin Jamal telah menyelesaikan pendidikan dokternya. Sementara anak keduanya, Dwiputri Mulyani Jamal masih menjalani semestar kelimanya di jurusan kedokteran.
Tentu saja, semua itu adalah hasil kesabarannya berjibaku dengan kertas dan angka-angka. Pilihan kedokteran pun bukan atas prakarsa Jamal. Ia justru sempat menginginkan anak-anaknya mengikuti jejak kariernya di kepolisian.
Sayangnya, mereka lebih tertarik menjadi tenaga medis. Anak bungsunya, Nur Aziziah, pun bisa jadi bakal mengikuti jalan kedua kakaknya selepas SMA.