Pertikaian Politik Lanjut, Empat Ideologi Bertarung hingga Pilpres 2024

  • Bagikan
Ini tuturnya, adalah ideologi mainstream. PDIP dan Golkar di dalamnya termasuk kaum minoritas. Dalam pilpres 2019 tempo hari, mayoritas pendukung ideologi ini ada di kubu Jokowi. Ideologi ini mendapat tantangan dari tiga ideologi lainnya. Kedua, ideologi Islam Politik. Paham ini menginginkan syariat Islam lebih berperan di ruang publik. "Bentuknya bisa macam- macam. Bisa Negara Islam. Bisa sistem khilafah. Bisa juga dengan nama NKRI bersyariah. Bagi paham ini, ideologi yang berlaku sekarang terlalu sekuler. Terlalu liberal. Terlalu memisahkan politik dari agama. Yang menonjol dalam ideologi ini adalah FPI, HTI. Kedua ormas ini berperan signifikan dalam pilpres 2019, di belakang Prabowo," sambung Denny. Ketiga, ideologi “kembali ke UUD 45 Yang asli.” Paham ini tak menyetujui sistem politik ekonomi yang berlaku sekarang. Mereka menganggapnya, secara politik terlalu liberal. Secara ekonomi, terlalu memberikan ruang pada perusahaan asing. Pelopor paham ini awalnya adalah Persatuan Purnawirawan Angkaran Darat. Di tahun 2009, tokohnya adalah Letjen Suryadi. Mantan panglima TNI Djoko Santoso juga ada di barisan ini. Dalam pilpres 2019, tokoh kembali ke UUD 45 yang asli, Djoko Santoso juga berada di kubu Prabowo. Keempat, ideologi Hak Asasi Manusia. Paham ini juga banyak mengkritik pemerintahan Jokowi karena dianggap justru karena kurang liberal. Jika islam politik menganggap pemerintahan Jokowi terlalu liberal, pendukung hak asasi justru sebaliknya: kurang liberal. "Jokowi dianggap kurang tuntas menyelesaikan isu HAM, mulai dari kasus gerakan 65 hingga pembunuhan Munir. Tokoh ideologi ini lebih banyak dari LSM. Di tahun 2019, salah satu tokohnya memilih abstein. Harry Azhar sebagai misal, dia mengkritik keras Jokowi. Tapi dia juga tak mau membela Prabowo yang ia anggap punya catatan hitam hak asasi manusia," tegasnya.
Rajin Bolos dan Doyan Zina, 46 PNS Dipecat
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan