FAS Gelar Diskusi Sastra

Orientasi masa depan FAS adalah munculnya beberapa gagasan, program, dan kerja sama dengan pelaku sastra di tanah air, bai regional maupun nasional. Hingga saat ini jumlah anggota FAS pergaulan WA sebanyak 29 orang.
Ram, menyampaikan bahwa, diskusi ke-4 FAS ini difasilitasi oleh Ramstudio dengan menghadirkan pelaku sastra dari Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Maros, Pangkep, Barru dan Pare-pare. Di antara yang hadir dan membacakan karya serta menyampaikan proses kreatifnya, antara lain Andi Wanua Tengke, Mahrus Andis, Badaruddin Amir, Chaeruddin Hakim, Ishakim, Tri Astoto Kodarie, Goenawan Monoharto, Ruban (La Ruhe) dan beberapa cerpenis dan penyair muda,. Diskusi ini juga dihadiri oleh beberapa dosen dan mahasiswa UNM dan dosen dan mahasiswa ISBI Sulsel.
Menurut Andi Wanua Tangke, sejumlah seniman dan sastrawan Sulawesi Selatan mengungkapkan proses kreatifnya di Ramstudio. Terungkaplah tentang keunikan masing-masing dalam proses mencipta. Dan keunikan itu ternyata tidak kalah dengan keunikan proses kreatif yang dimiliki para sastrawan yang kadang disebut "sastrawan nasional" itu. Misalnya, saya termasuk penganut paham sastra kontekstual, sastra realis yang bertumpu pada ide dan peristiwa yang berpijak. Mungkin hal itu mengental pada diri saya lantaran saya lahir dari dunia kewartawanan. Sejak masih kuliah di Fakultas Sastra Unhas, saya sudah menjadi wartawan di Harian Fajar. Ternyata pengalaman itu mengental dalam pikiran-pikiran saya, sehingga karya-karya saya berupa esai, puisi, dan cerpen, sangat dalam kontrol sosialnya. Saya tidak bisa menulis prosa yang tidak berangkat dari sebuah peristiwa. Jadi semuanya berawal dari sebuah peristiwa, boleh peristiwa politik, korupsi, pengkhianatan, dendam, kriminal, kemunafikan pejabat, kaum agamawan yang berpura-pura alim, dll. Untuk membuktikan itu semua silakan baca kumpulan cerpen saya yang berjudul "Panra'ka". Dan buku kumpulan cerpen saya yang akan terbit berjudul "Prajurit yang Nakal". Saya bukan penganut paham imajinasi liar, seperti yang dimiliki sastrawan Danarto dan Budi Darma. Saya pengagum karya-karya sastrawan Mochtar Lubis, S. Sinansari ecip, dan Martin Aleida. Dan ternyata mereka itu juga lahir dari dunia kewartawanan.